Jumat 04 Feb 2022 01:24 WIB

Indonesia Sudah Menapak Anak Tangga Gelombang Ketiga

Varian mendominasi saat ini adalah Omicron yang merupakan varian of concern (VOC).

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agus Yulianto
Covid-19 varian Omicron. (Ilustrasi)
Foto: Pixabay
Covid-19 varian Omicron. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka kasus positif Covid-19 di Indonesia pada Kamis (3/2/2022), melonjak tinggi menjadi 27.197 kasus. Dengan demikian, total kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 4.414.483 kasus.

Sementara kasus pasien meninggal bertambah 38 kasus pada hari ini, dan kasus sembuh bertambah 5.994. Dari penambahan yang mencapai angka 20 ribu ini, DKI Jakarta menyumbang penambahan kasus tertinggi sebanyak 10.117 kasus.

Ahli Epidemiologi Griffith University Austria Dicky Budiman mengatakan, saat ini, Indonesia sudah menapak anak tangga gelombang ketiga. Bahkan, menurut Dicky varian yang mendominasi saat ini adalah Omicron yang merupakan varian of concern (VOC). 

Diketahui VOC merupakan varian yang menjadi perhatian lantaran memiliki tingkat penularan cukup tinggi, virulensi yang tinggi, dan menurunkan efektivitas diagnostik serta vaksin.

"Omicron ini kurang lebih 10 mingguan lalu baru dijadikan VOC, tapi dampaknya luar biasa. Sudah lebih dari 140 negara menimbulkan gelombang bahkan menimbulkan banyak pecahan rekor kasus infeksi di mayoritas negara," kata Dicky saat dikonfirmasi, Kamis (3/2/2022).

Dicky menekankan, pesan penting saat kasus sudah di atas 20 ribu adalah dengan terus memperkuat testing, tracing dan treatment atau 3T. Karena penambahan kasus dengan lonjakan yang sangat tinggi juga menunjukan fenomena puncak gunung es.

"Jadi pesan penting bahwa 3T itu penting kalau Indonesia melaporkan 10 ribu bahkan 20 ribu sekaligus. Itu fenomena puncak gunung es, kita harus sadari ya. Ini hitungan matematis yang sangat rasional pertumbuhan Omicron yang masa inkubasinya singkat angka reproduksinya," jelas Dicky.

Dia mengatakan, dengan melonjaknya kasus harian ini, pemerintah harus mengantisipasi agar pelayanan dan fasilitas kesehatan tidak kewalahan menangani pasien. Sehingga, diperlukannya penguatan sistem rujukan.

Selain itu, kata dia, sistem rujukan diperketat agar orang tidak langsung ke RS. Dan tentu di sini juga droping dari APD dan pelayanan publik, obat termasuk oksigen perlu dipersiapkan obat juga.

"Kita harus bersiap masa puncak nanti. Itu karena sekali lagi dengan jumlah kasus yang bisa empat kali lebih banyak dari Delta dan ini tentu setiap proporsi usia akan banyak terutama yang saya khawatir kan anak-anak, selain lansia dan komorbid, karena dampak sosialnya beda," katanya. 

"Kita harus percepat vaksinasi bukan hanya 6 tahun ke atas itu tapi juga pada lansia komorbid memproteksi anak-anak ini harus dilakukan, akselerasi penting PR nya ada di luar Jawa cakupan juga rendah lansia," tambah Dicky.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement