REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Serangan kera ekor panjang (Macaca Fascicularis) ke permukiman warga, kembali terjadi di Kabupaten Kuningan. Hilangnya pasokan makanan diduga menjadi penyebab primata liar itu menyerang permukiman hingga menyebabkan sejumlah kerusakan.
Kali ini, serangan kera liar ekor panjang terjadi di empat blok di Desa Karangtawang, Kecamatan Kuningan. Yakni, Blok Pasawahan, Babakan Cikondang, Babakan Tembing dan Babakan Pojok.
Kepala UPT Damkar Satpol PP Kabupaten Kuningan, Mh Khadafi Mufti, menjelaskan, berdasarkan informasi dari pemerintah desa setempat, kawanan kera liar itu telah merusak sebuah bangunan mushola. Kerusakan terjadi pada bagian memolo mushola, genting dan atap.
Selain itu, kera liar juga menyerang satu unit kandang ternak milik warga setempat. Akibatnya, telur ayam maupun atap bangunan kandang tersebut menjadi rusak.
"Kera liar juga mengacak-acak isi warung dan mengambil barang dagangan yang ada di salah satu warung di desa tersebut," kata Khadafi, Ahad (6/2).
Tak hanya itu, rumah milik warga juga menjadi sasaran pengrusakan yang dilakukan kawanan kera liar. Tercatat ada lima unit rumah yang rusak, terutama pada bagian genting dan atapnya.
"Kera liar juga mencoba menyerang penduduk/warga yang lewat," ujar Khadafi.
Khadafi mengatakan, setelah menerima informasi tersebut, pihaknya langsung melakukan pencarian, penelusuran dan mitigasi ke lokasi pada Jumat (4/2). Namun hasilnya, gerombolan kera tersebut tidak ditemukan.
Mitigasi kemudian dilanjutkan pada Sabtu (5/2). Hasilnya diketahui bahwa kera liar ekor panjang itu sudah berkoloni sejak lama di empat blok di desa tersebut.
Adapun sebaran kera ekor panjang itu berasal dari arah utara desa, tepatnya di hutan Paralayang/Kelurahan Citangtu, dengan luas sebaran hutan sekitar 20 hektare.
Sebaran kera juga diketahui berasal dari sebelah timur, tepatnya di hutan di seputaran wilayah Desa Lengkong/Desa Tembong. Jumlah koloni kera liar di lokasi tersebut ada sekitar 100 ekor.
"Dari analisis sementara kami, hilangnya sumber potensi makanan dan berkurangnya sumber makanan akibat cuaca, telah menyebabkan kawanan kera liar itu memasuki dan menyerang permukiman warga," terang Khadafi.
Hal itu bermula dari kegiatan pembersihan tempat pembuangan sampah di Blok Babakan Cikondang dan Blok Babakan Pojok. Kegiatan tersebut merupakan program Desa Bersih. Setelah pembersihan itu, kera liar mulai melakukan pencarian makanan, memasuki permukiman warga dan melakukan pengrusakan.
Khadafi mengungkapkan, untuk mengatasi serangan kera liar tersebut, pihaknya telah mensosialisasikan penggunaan bahan-bahan bebauan. Yakni, berupa campuran kamper barus dan terasi.
Bebauan itu selanjutnya digantung di tempat-tempat yang sering disinggahi kera liar tersebut. Seperti, rumah warga, bangunan mushola, tanaman palawija, pepohonan pinggir jalan raya dan warung.
"Bebauan itu harus diganti setiap empat hari sekali," tutur Khadafi.
Selain bebauan, warga juga disarankan juga menggunakan campuran bahan karbit dan air. Campuran tersebut akan menimbulkan bunyi yang sangat keras sehingga akan membuat kera menjadi kabur.
Namun, Khadafi berharap agar upaya tersebut dilakukan secara kompak bersama-sama oleh aparat desa dan masyarakat setempat. Dengan kekompakkan itu, diharapkan upaya pengusiran terhadap kera menjadi lebih maksimal.
"Kami minta warga bersama-sama melakukan pencegahan agar monyet tidak kembali menyerang. Tapi tidak boleh melukai kera, tidak boleh memberi makan kera. Patuhi apa yang sudah disampaikan oleh aparat desa setempat," tegas Khadafi.
Monitoring terhadap upaya pengusiran kera liar itu akan dilakukan selama tujuh hari, mulai Sabtu (5/2) hingga Sabtu (11/2).
Sebelumnya, serangan kera liar juga dilaporkan menyerang permukiman warga di Blok Sampora, Desa Purwasari, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan, pada pertengahan Januari 2022. Penanganan kasus itu telah diserahkan pada pihak BKSDA Cirebon. Hingga Jumat (4/2/2022) pagi, serangan kera liar di Blok Sampora dilaporkan masih terjadi.