REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Memperingati Dies Natalis ke 63, Institut Teknologi Bandung (ITB) harus terus meningkatkan berbagai riset atau penelitiannya. Menurut Ketua Senat Akademik ITB, Hermawan K Dipojono, berdasarkan Global Innovation Index (GII) Indonesia berada di urutan ke 76. Sementara, Singapura ada di urutan ke 10.
"Pemerintah di negara lain sangat memberikan perhatian pada science. Kuncinya, memang pada kebijakan mendukung dan mendorong fasilitasi Perguruan tingginya untuk jadi super creative core," ujar Hermawan saat memberikan Sambutan di Acara Diesnatalis ITB ke 63, Rabu (2/3).
Menurut Hermawan, walaupun berat tapi Indonesia harus memperbaiki peringkat GII ini. Salah satu yang mempengaruhi adalah masih rendahnya riset.
"ITB juga produktivitas riset berkualitasnya masih rendah dibanding perguruan tinggi di negara lain," katanya.
Hermawan menilai, memperbaiki kualitas, bisa berawal saat merekrut dosen baru. Dosen baru, harus dilihat minat, bakat dan passionnya harus diperhatikan.
"Dosen baru harus punya minat jadi guru besar," katanya.
Menurut Hermawan, pendidikan berorientasi ke depan harus menjadi perhatian dalam menghadapi tantangan zaman. "Kita harus belajar dari negara lain menyiapkan era digital dengan menyiapkannya dua puluh tahun lalu," katanya.
Pada 2035, kata dia, hadirnya revolusi quantum, telah menjadi pemahaman universal. "ITB harus sanggup melahirkan super kreatif dan insani berkualitas yang selalu diperebutkan," katanya.
Sementara menurut Ketua Majelis Wali Amanat ITB, Yani Panigoro, ITB mendukung berbagai ikhtiar dalam ilmu pengetahuan. Di tengah Pandemi Covid 19, pihaknya pun mendukung aemangat pembalajaran tatap muka.
"Kami dukung PTM dengan semangat konsep Protokol Kesehatan (Prokes) sejak November lalu dan ada pembatasan pembalajaran mahasiswa," kata Yani seraya berharap ITB bisa menjadi percontohan dan teladan terbaik di tengah pandemi bisa tetap berprestasi.
Menurut Rektor ITB Reini Wirahadikusumah, dunia berada di titik balik. Karena ekplorasi berlebihan bisa menjadi ancaman. Serta, masih adanya kesenjangan ekonomi. Begitu juga, di Indonesia, teknologi mengubah kehidupan diberbagai aspek dan belum mampu kesetaraan.
"ITB harus mengambil peranan penting. Pendidikan komitmen bersama para 2025 ITB harus mengembangkan diri jadi Perguruan tinggi global," katanya.