Sabtu 12 Mar 2022 08:05 WIB

Targetkan 2023 Zero Stunting, Jabar Kerahkan 1,4 Juta Kader PKK

52 ribu Posyandu yang akan menjadi garda terdepan penurunan stunting.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Ketua TP-PKK Jawa Barat Atalia Praratya memberikan keterangan pers saat menghadiri sosialisasi percepatan penurunan angka stunting di Bandung, Jawa Barat, Jumat (11/3/2022). Sosialisasi percepatan penurunan angka stunting tersebut ditujukan sebagai salah satu langkah untuk mengejar target jumlah balita stunting pada 2024 tersisa 14 persen.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi/wsj.
Ketua TP-PKK Jawa Barat Atalia Praratya memberikan keterangan pers saat menghadiri sosialisasi percepatan penurunan angka stunting di Bandung, Jawa Barat, Jumat (11/3/2022). Sosialisasi percepatan penurunan angka stunting tersebut ditujukan sebagai salah satu langkah untuk mengejar target jumlah balita stunting pada 2024 tersisa 14 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jawa Barat terus berkomitmen menurunkan angka prevalensi stunting atau tengkes. Cara yang dilakukan, di antaranya dengan meningkatkan pola asuh, pola makan, dan sanitasi.

Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Jabar Atalia Praratya Ridwan Kamil, Jabar mengerahkan 1,4 juta kader PKK untuk mendampingi keluarga. "Ada tiga hal yang kita dorong untuk menurunkan angka stunting yaitu pola asuh, pola makan dan sanitasi. Semua program ini ada di PKK yang kadernya sebanyak 1,4 juta orang," ujar Atalia Praratya Jumat (11/3/2022).

Menurut Atalia tak hanya itu, untuk mengejar target Jabar zero stunting pada 2023, PKK Jabar bersama BKKBN dan bidan desa telah membentuk Tim Pendamping Keluarga. Atalia berharap, tim yang anggotanya mencapi 37 ribu orang ini mampu menjangkau sasaran keluarga lebih dekat.

"Tim ini berasal dari kader PKK, kader KB dan bidan desa dengan harapan menjangkau lebih dekat keluarga sasaran,"  katanya. 

Sebagai wakil ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Jabar, menurut Atalia, pihaknya juga menggandeng 52 ribu Posyandu yang akan menjadi garda terdepan penurunan stunting. Salah satu upaya yang sudah dilakukannya adalah menambah meja pelayanan posyandu yang tadinya lima menjadi enam buah. Meja keenam, tersebut dikhususkan menangani permasalah spesifik salah satunya stunting.

"Kami juga punya jejaring dengan 52 ribu posyandu di mana salah satu gebrakannya adalah penambahan meja di posyandu yang khusus menangani permasalahan stunting," kata Atalia.

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat Wahidin mengungkapkan, angka prevalensi stunting di Jabar hingga tahun 2021 mengalami penurunan cukup signifikan. Dari 31,5 persen pada 2018, angka stunting Jabar kini berada di angka 24,5 persen.

"Prevalensi stunting di Jabar tahun 2021 sebesar 24,5 persen, angka ini menurun cukup signifikan dibanding tahun 2018 yaitu 31,5 persen," kata Wahidin.

Namun, kata dia, angka prevalensi ini terbilang cukup tinggi mengingat jumlah penduduk Jabar merupakan yang terbesar se-Indonesia.

Untuk itu, kata Wahidin, diperlukan sosialisasi masif terkait Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting (RAN Pasti) di Jabar. Sosialisasi ini bertujuan mendapatkan komitmen dari para kepala daerah dan jajarannya dalam upaya penurunan stunting. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement