REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan syariah di Jawa Barat cukup berkembang. Per Desember 2021, market share aset perbankan syariah di Jawa Barat mencapai 10,8 persen dari total aser perbankan di provinsi tersebut.
Deputi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) 3 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 2 Jawa Barat Purwanto Soemarto menyebutkan, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah di Jawa Barat cukup tinggi mencapai 8,42 persen year on year (yoy). Angka itu lebih tinggi dibandingkan rata-rata perbankan Jawa Barat yang tumbuh 6,17 persen.
"Dari segi NPF (Nonperforming Financing) juga lebih terjaga pada level 2,76 persen," ujar Purwanto dalam webinar yang digelar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pengurus Wilayah Jawa Barat, Rabu (23/3/2022).
Ia melanjutkan, pembiayaan perbankan syariah didominasi oleh Bank Umum Syariah (BUS) 64,2 persen, Unit Usaha Syariah (UUS) 28 persen, dan BPRS 7,8 persen. Selama pandemi, lanjutnya, kinerja perbankan syariah di Jawa Barat pun tetap positif. Per Desember 2021, aset perbankan syariah di Jawa Barat sebesar Rp 95,6 triliun atau tumbuh 5,2 persen year on year (yoy).
"Hanya saja pertumbuhan aset itu tidak sebesar sebelum pandemi yang mampu tumbuh double digit," ungkap Purwanto.
Ia melanjutkan, per Desember 2021 Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah di Jawa Barat sebesar Rp 58,7 triliun atau tumbuh 3,7 persen yoy. "Seiring aset, pertumbuhan DPK pada 2020 melaju tinggi terutama disebabkan oleh tingginya ekspektasi masyarakat terhadap rencana merger tiga bank syariah yaitu BSM, BRIS, dan BNIS ke dalam BSI. Maka memilih untuk menempatkan dananya pada ketiga bank tersebut sekaligus untuk berjaga-jaga selama pandemi dibanding membelanjakan," tutur Purwanto.
Berikutnya per Desember 2021, pembiayaan perbankan syariah di Jawa Barat sebesar Rp 48,7 triliun atau tumbuh 8,4 persen yoy. Lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan Jawa Barat yang 6,17 persen.
"Pertumbuhan pembiayaan oleh bank syariah relatif stabil. Sebelum pandemi berlangsung yaitu pada range 6,6 persen sampai 11,3 persen yoy," ujar dia.