Senin 25 Apr 2022 10:18 WIB

DPRD Jabar Serukan Harmoniasi Sosial di Momentum Ramadhan

Pertahankan spirit silih asah, sih, asuh, dan //silih tulungan

Anggota Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Jabar Ihsanudin MS.i
Foto: Istimewa
Anggota Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Jabar Ihsanudin MS.i

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hoaks menjadi pemicu dominan persoalan sosial yang terjadi selama ini. Fenomena aksi kekerasan selama ini tidak terlepas dari pengaruh hoaks yang berkembang di media sosial. Tidak sedikit masyarakat yang mudah meyakini dan terbentuk mindset-nya akibat hoaks.

 

Anggota Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Jabar Ihsanudin MS.i sangat memprihatinkan kondisi tersebut. Jika dibiarkan, maka kondisi akan terus mengancam kondisi sosial, yang ujungnya merusak tatanan negara.

 

Legislator yang dikenal dekat dengan rakyat itu mengajak semua pihak, khususnya di Provinsi Jabar, untuk sama-sama bijaksana dan menahan diri dari segala provokasi. Masyarakat Jawa Barat memiliki alasan kuat untuk menjadi pelopor dalam membangun hubungan harmoni lintas agama, golongan, politik, dan kelompok.

 

Silih asah, silih asih, dan silih asuh merupakan falsafah leluhur masyarakat Jawa Barat yang sangat relevan untuk dipertahankan. Bahkan, sejak memasuki Pandemi Covid-19, lahir tagline di masyarakat Jawa Barat, yakni silih tulungan.     

 

Dengan falsafah kebersamaan itulah, hingga kini Pandemi Covid-19 bisa dilalui oleh masyarakat Jawa Barat. Jika silih tulungan itu baru bisa diimplementasikan dalam bentuk bantuan fisik (ekonomi), tidak ada salahnya ditumbuhkembangkan menjadi nilai yang tertanam pada mental masyarakat.

 

Bahkan, menurut wakil ketua DPD KNPI Jabar itu, Ramadhan 1433 Hijriah kali ini efektif untuk dijadikan momentum pembenahan diri. Sebagai umat muslim, kata Ihsanudin, Ramadhan merupakan bulan untuk meningkatkan hablum minallah dan hablum minannas. Kedua premis tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam implementasinya.

 

‘’Hablum minallah dan hablum minannas harus diimplementasikan secara bersamaan,’’ ujar Ihsanudin kepada Republika. Jika dipisah-pisah, maka akan memicu ego sektoral di masing-masing kelompok. Sementara dalam bermuamalah, tegas dia, tidak boleh ada diskriminasi terhadap kelompok dan afiliasi yang berbeda.

 

Kesimpulannya, menurut Ihsanudin, mari kita menumbuhkan spirit Silih asah, asih, asuh, dan silih tulungan. Kata dia, semua pihak harus selalu membiasakan diri untuk tidak mudah menyalahkan pihak lain.

‘’Saling mengingatkan adalah kewajiban. Namun jangan dilandasikebencian, anarkis, atau radikal,’’ tambahnya. Di Ramadhan ini, Ihsanudin mengajak masyarakat, khsususnya Jawa Barat, untuk menjadi pelopor membangun harmonisasi sosial di Tanah Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement