REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pos pelayanan terpadu (posyandu) merupakan salah satu faktor utama dalam penanganan stunting. Posyandu memiliki kader yang berhadapan langsung dengan masyarakat untuk memantau kesehatan orang tua maupun balita.
Pemerintah Kota (Pemkot) Depok pun ingin menjadikan posyandu sebagai garda depan dalam penanganan stunting. "Melalui posyandu, kader rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan pemantauan terhadap kesehatan balita," ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Depok, Supian Suri di Balai Kota Depok, Jawa Barat, belum lama ini.
Menurut Supian, dalam tugasnya, kader posyandu berkoordinasi dengan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di setiap kelurahan. Nantinya, petugas puskesmas memberikan vitamin dan makanan tambahan kepada balita yang tumbuh kerdil.
Saat ini, angka prevalensi stunting di Kota Depok terus menurun. Pada Agustus 2021 sebesar 3,5 persen, yaitu sebanyak 3.675 dari total 105.127 balita di Kota Depok. Data tersebut mengalami penurunan dari bulan Februari 2021 sebesar 4,7 persen sebanyak 4.923 dari 102.815 balita Kota Depok. Pun jika dibandingkan Agustus 2020 sebesar 5,3 persen yaitu 5.718 dari 107.710 balita.
Supian menerangkan, unsur pentahelix yang terdiri pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media, juga terus mendukung penanganan stunting di Kota Depok. Salah satunya dengan melakukan intervensi spesifik melalui kampaye simpatik untuk membiasakan pola hidup sehat dalam pencegahan stunting.
"Pentahelix juga melakukan intervensi agar masyarakat dapat merubah perilaku untuk dapat hidup sehat," kata Supian.