Selasa 07 Jun 2022 18:32 WIB

Harga Pakan Ayam Naik, Peternak Pilih Ganti Usaha

Peternak menjual ayam yang sudah tidak produktif menghasilkan telur secara bertahap. 

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Peternakan ayam petelur mengeluhkan kenaikan harga pakan. Mereka pun kini tengah bersiap-siap untuk alih usaha.
Foto: ANTARA/Oky Lukmansyah
Peternakan ayam petelur mengeluhkan kenaikan harga pakan. Mereka pun kini tengah bersiap-siap untuk alih usaha.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Harga telur ayam di pasaran terus mengalami kenaikan. Kondisi itu salah satunya dinilai akibat harga pakan ayam yang melambung.

Salah seorang peternak ayam di wilayah barat Kabupaten Indramayu, Ito, menjelaskan, selama ini, para peternak sangat bergantung pada pakan ayam buatan pabrik untuk memberi makan ternak mereka. Pasalnya, pakan buatan pabrik dinilai praktis dan tidak merepotkan mereka.

Namun, lanjut Ito, harga pakan buatan pabrik mengalami kenaikan sejak setelah lebaran Idul Fitri. Kenaikan harga pakan itu berbeda-beda tergantung mereknya.

Ito menyebutkan, harga pakan ternak yang biasa digunakannya saat ini sudah lebih dari Rp 700 ribu. Sedangkan sebelumnya, harganya masih di kisaran Rp 680 ribu. "Setiap tahun harga pakan ayam selalu naik,’" keluh Ito, Selasa (7/6).

Padahal, biaya pakan selama ini menyedot biaya paling tinggi dalam pemeliharaan ayam. Dengan naiknya harga pakan, para peternak menjadi kesulitan.

Belum lagi, obat-obatan juga harus disediakan peternak untuk memastikan ayam ternaknya dalam kondisi sehat. Pengeluaran lainnya adalah upah karyawan yang telah merawat ayam-ayam di peternakan.

Selain harga pakan yang naik, Ito menilai, kenaikan harga telur saat ini juga disebabkan banyak peternak yang memilih menghentikan usahanya. Dengan tingginya pengeluaran, tak sedikit peternak kecil yang gulung tikar.

Ito mengungkapkan, para peternak yang gulung tikar itu tidak langsung berhenti secara mendadak. Biasanya mereka menjual ayam ternak yang sudah tidak produktif menghasilkan telur, secara bertahap. 

Ito mengaku, dirinya pun hanya tinggal menunggu waktu untuk juga melakukan hal serupa. Biasanya, hasil penjualan ayam yang tidak produktif itu digunakan untuk kembali membeli ayam yang baru.

"Tapi sekarang tidak. Setelah ayam seluruhnya terjual, kita tutup, ganti usaha lain," tandas Ito. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement