Selasa 28 Jun 2022 06:40 WIB

Milenial Ini, Pasarkan Produk Berhasil Tembus Lima Benua

2022 ini, Mango Lassi memutuskan untuk kembali ke Indonesia. 

Dalam memasarkan produknya, Founder of Mango Lassi, Hafiz dan Jon selalu mendengarkan apa yang diinginkan market.
Foto: Istimewa
Dalam memasarkan produknya, Founder of Mango Lassi, Hafiz dan Jon selalu mendengarkan apa yang diinginkan market.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Mango Lassi, saat ini, menjadi e-Liquid paling fenomenal. Bahkan, pemasaran produk ini sudah bisa menaklukan lima benua.

Menurut Founder of Mango Lassi, Hafizuddin Razak, saat memulai usaha e-liquid, usianya saat itu baru menginjak 29 tahun pada 2011. Namun, ia tak putus asa dalam menciptakan mahakarya yang sampai sekarang diminati banyak orang.

Pada penjualan pertama di 2011, kata dia, demand perharinya cukup tinggi, yaitu 30 ribu botol per-hari dengan sistem distribusi door to door dan belum ada cukai di Malaysia. 

“Rekor tercepat itu pernah begitu supply, 1 jam langsung sold out, padahal barang masih di ada pabrik, mereka rela antri” ujar Hafiz dalam siaran persnya yang diterima Republika.co.id, Selasa (28/6).

“Saat itu e-liquid dengan rasa fruity sedang digandrungi di Malaysia, kami menciptakannya di saat yang tepat," imbuhnya.

Menurutnya, saat itu produknya laris manis di pasaran dan langsung hits. "Bahkan sampai orang ada yang mau beli botol yang isinya tinggal setengah," katanya.

Bisnis ini tak akan berjalan lancar tanpa adanya seorang partner. Di 2011, Hafiz tak sengaja bertemu dengan Jon Azman di sebuah pasar malam yang kala itu Jon masih berusia 33 tahun. Dari sana lah, produk yang dibuatnya mencapai puncak kejayaannya pada 2014. 

"Kami berhasil menghabiskan supply Mango Lassi hanya dalam waktu 3 bulan saja melalui word of mouth marketing dan juga Facebook Page," katanya.

Seperti rahasia sukses pada umumnya, Hafiz dan Jon menggunakan sistem user-centric yang mengedepankan keinginan konsumen jauh diatas keuntungan semata. Sebagai Founder of Mango Lassi, Hafiz dan Jon selalu mendengarkan apa yang diinginkan market. 

Karena saat itu user kebanyakan berasal dari teman mereka sendiri. Mereka senang melakukan improvement atas umpan balik yang diterima. Hal ini lah yang membuat keduanya berhasil mendapatkan berbagai awards dari tahun ke tahun melalui berbagai mancanegara. Award pertama di Malaysia sebagai “The Best Mango Flavour” (2015). 

Selanjutnya, Mango Lassi mendapatkan award di salah satu acara terbesar di UK sebagai “The Best Fruity e-Liquid” pada Vapouround (2016). Mango Lassi juga pernah diberi award sebagai “The Best Second Fruity IECIE” di vape expo terbesar dunia yang berlokasi di Shenzhen, China (2017). 

Award lainnya adalah sebagai “The Best Fruity” di France Vape Expo, Perancis (2017). Kemudian, untuk kesekian kalinya mereka mendapatkan award di Birmingham, UK sebagai “The Best Cool Flavour” pada Vaper UK Expo (2017). Bukan hanya produk saja, mereka juga mendapatkan award sebagai “The Best Branding” di Borneo Vape Expo (2019). 

Meskipun sempat dilanda pandemi, prestasi tetap mereka kantongi. Salah satunya adalah sebagai “Old Time Flavour” di Mivas, Malaysia (2021). 

"Itulah mengapa Mango Lassi dikenal sebagai the world’s most famous e-liquid brand. Karena sukses memasarkan produknya hingga ke 5 benua, yaitu Asia, Eropa, South America, South Africa, Australia," kata Hafiz. 

Di balik prestasi yang dimiliki, kata dia, Mango Lassi juga dihadapkan dengan berbagai rintangan dan ujian. Mango Lassi pernah mengalami kloning oleh pihak tak bertanggung jawab. 

Saat mencoba melakukan ekspansi ke UK di tahun 2017, Hafiz dan Jon sudah menyiapkan packaging kaleng Mango Lassi dan mendaftarkannya untuk distribusi. Namun, tiba-tiba saja pemerintah UK menerapkan regulasi TPD untuk memisahkan takaran nikotin dengan cairan e-liquid pada kemasan berbeda dengan ukuran 10ml. Hal ini menyebabkan mereka mengalami kerugian sebesar 1 juta USD.

"Kami akhirnya bekerja sama dengan 2 perusahaan terbesar di UK yang tertarik dengan ide kreatif. Sehingga, sukses menghasilkan 130 produk yang masih diproduksi sampai saat ini," katanya. 

Mango Lassi melakukan ekspansi pertamanya di Indonesia. Tepatnya pada 2014. Penjualan dilakukan melalui temannya Hafiz dan Jon. Mereka pun akhirnya memasukki pasar Indonesia dan mengekspor 10 ribu botol pertama Mango Lassi yang langsung terjual dalam 1 bulan. 

Setelahnya, demand di Indonesia terus meningkat hingga 50 ribu botol per-bulan. Setidaknya 1,5 juta botol Mango Lassi laris manis selama 3 tahun mengudara di Indonesia. 

Pada 2017, menjadi tahun di mana Mango Lassi harus beristirahat sejenak dari pasar Indonesia. Hal ini menjadi kerinduan tersendiri bagi penggemarnya. Karena demand semakin tinggi, akhirnya pada tahun 2022 ini, Mango Lassi memutuskan untuk kembali ke Indonesia. 

“Bagi kami Indonesia adalah second home-nya Mango Lassi, yang paling dekat dari negeri asalnya, Malaysia” ujar Jon.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement