REPUBLIKA.CO.ID, Wajah Jembatan Gobang sudah berubah. Tak seperti dulu yang beralaskan kayu, jembatan tersebut kini sudah dibuat permanen dan beraspal.
Jembatan Gobang menghubungkan wilayah Kelurahan Singkup, Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya, dengan Desa Margaluyu, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan pantauan, Rabu (29/6/2022), jembatan itu tak hanya bisa dilalui kendaraan kecil, tapi juga dapat dilintasi kendaraan besar, seperti truk.
Asih (52 tahun) mengaku merasa lebih tenang melihat wajah baru jembatan itu. “Senanglah, jadi lebih mudah aksesnya, bagus, tidak khawatir lagi kalau lewat,” ujar warga Kelurahan Singkup, Kecamatan Purbaratu, itu kepada Republika.
Saat Republika meninjau langsung kondisi Jembatan Gobang pada pertengahan 2019, sebagian kayu yang menjadi alas jembatan tampak rusak. Pengguna kendaraan roda dua mesti bergantian ketika melintas. Padahal, di ujung jembatan sudah terpasang papan peringatan dari pemerintah, yang melarang pengendara roda dua ataupun pejalan kaki melintasi jembatan.
Menurut Asih, Jembatan Gobang mulai dibuat permanen sejak sekitar September 2021. Selama prosesnya, jembatan ditutup total bagi kendaraan bermotor. Warga hanya bisa melintas dengan berjalan kaki. Pembangunan jembatan rampung pada akhir 2021. Kemudian awal 2022 jembatan itu sudah bisa dilintasi pengguna kendaraan bermotor.
Sodikin (62), warga yang rumahnya dekat dengan Jembatan Gobang, merasa senang melihat kondisi jembatan yang sudah dibuat permanen. Pasalnya, jembatan itu merupakan akses utama yang sering kali digunakan warga dalam beraktivitas sehari-hari. “Alhamdulillah, sudah permanen,” ujarnya.
Sodikin menceritakan, Jembatan Gobang yang berada di atas Sungai Cikalang itu pertama dibangun pada sekitar 2000-an. Bantalan jembatan itu berupa kayu, tapi bisa dilintasi kendaraan bermotor. Seiring penggunaannya, kayu jembatan mengalami kerusakan. Pemerintah setempat disebut beberapa kali memperbaiki atau mengganti kayunya. Namun, umumnya kayu jembatan itu tak bertahan lama. “Setiap dua tahun biasanya sudah bolong-bolong,” kata Sodikin.
Ketika Republika mengunjungi jembatan itu pada September 2019, kayu di jembatan tersebut tengah diganti. Ternyata kini jembatan tersebut sudah dibuat permanen. Melihat kondisinya kini, Sodikin menilai, lalu lintas masyarakat menjadi lebih mudah. Termasuk bagi warga Singkup yang hendak berbelanja ke Pasar Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. “Hampir semua warga Kelurahan Singkup kalau belanja itu ke Pasar Manonjaya. Daripada ke Pasar Pancasila (Kota Tasikmalaya) yang jaraknya 12 kilometer, lebih dekat ke Pasar Manonjaya, hanya dua kilometer,” ujarnya.
Sodikin mengatakan, jalur di daerahnya juga kerap menjadi alternatif jika jalan utama menuju Manonjaya di Kelurahan Awipari, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya, macet ketika sore hari. “Sekarang lalu lintas mudah, lewat tidak khawatir lagi,” kata dia.
Menurut Tenaga Fungsional Teknik Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kota Tasikmalaya Rino Isa Muharam, Jembatan Gobang dibuat permanen menggunakan anggaran sekitar Rp 8 miliar dari Dana Alokasi Khusus (DAK) pada 2021. “Akhir tahun kemarin baru selesai pengerjaannya,” kata dia.
Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Dinas PUTR Kota Tasikmalaya Wenda Krisnawan mengatakan, jembatan dengan panjang sekitar 36 meter dan lebar lima meter itu kini pemeliharaannya masih menjadi tanggung jawab kontraktor. “Kalau sudah lepas pemeliharaan oleh pemborong, kami akan intensif melakukan perawatan. Kami juga akan konsultasi dengan provinsi karena itu masuknya jembatan antardaerah,” ujar Wenda.
Jembatan Gobang disebut semestinya menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Barat karena menghubungkan dua daerah. Namun, perbaikan jembatan selama ini dilakukan oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya karena menjadi salah satu akses utama warga Kota Tasikmalaya. “Harapannya dengan terbangunnya jembatan itu, masyarakat ikut menjaga,” kata Rino.