Selasa 26 Jul 2022 14:46 WIB

Siswa di Garut Masih Seberangi Sungai Cimanuk dengan Perahu

Jembatan darurat itu baru akan dapat digunakan dalam beberapa hari ke depan.

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Sejumlah siswa melintasi Sungai Cimanuk di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, menggunakan perahu karet, Kamis (21/7/2022). Jembatan yang berada di wilayah itu rusak akibat terdampak banjir bandang yang terjadi pada Jumat (15/7/2022).
Foto: Republika/Bayu Adji
Sejumlah siswa melintasi Sungai Cimanuk di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, menggunakan perahu karet, Kamis (21/7/2022). Jembatan yang berada di wilayah itu rusak akibat terdampak banjir bandang yang terjadi pada Jumat (15/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Jembatan rawayan yang menghubungkan wilayah Kecamatan Karangpawitan dan Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, hancur akibat banjir bandang yang terjadi pada Jumat (16/7/2022). Para siswa yang biasa menyeberangi Sungai Cimanuk yang melintas di wilayah itu menggunakan jembatan ikut terdampak. Kini, mereka harus menyeberangi sungai itu menggunakan perahu karet.

Kepala Desa Sukasenang, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Iwan Ridwan, mengatakan, tim dari Vertical Rescue masih terus berupaya membuat jembatan darurat di lokasi itu. Namun, pembuatan jembatan darurat progresnya baru sekitar 50 persen. Dia memperkirakan, jembatan darurat itu baru akan dapat digunakan dalam beberapa hari ke depan.

"Kemungkinan dua hari lagi selesai," kata dia saat dihubungi Republika, Selasa (26/7/2022).

Menurut dia, warga yang hendak menyeberangi Sungai Cimanuk di wilayah itu masih harus menggunakan perahu karet. Termasuk siswa yang menyeberang juga masih menggunakan perahu karet. Di lokasi, petugas gabungan terus memfasilitasi warga yang menyeberang dengan perahu karet.

Iwan mengakui, penanganan jembatan rusak itu sementara dengan membuat jembatan darurat. Namun, ia menilai jembatan darurat yang saat ini masih dalam proses pengerjaan cukup kuat.

"Meski jembatan sementara, ini aman. Ini kekuatannya sekitar 10 ton. Kami juga akan gunakan untuk pejalan kaki saja, tidak untuk kendaraan," kata dia.

Setelah jembatan darurat, menurut Iwan, baru akan dilakukan pembuatan jembatan permanen di wilayah itu. Wacana perbaikan jembatan permanen sudah ada. Gubernur Jawa Barat (Jabar) juga telah memyatakan untuk memberikan bantuan anggaran untuk membuat jembatan permanen di wilayah itu.

"Pak Gubernur juga katanya akan memberikan bantuan keuangan ke Pemda. Nanti pemda kasihnya berapa, belum tau," ujar dia.

Sebelumnya, Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, kerugian akibat bencana banjir dan tanah longsor di daerahnya pada pekan lalu diperkirakan lebih dari Rp 17 miliar. Sebab, terdapat puluhan jembatan yang rusak terdampak bencana tersebut. Ia mencontohkan, di Kecamatan Banjarwangi tedapat sekitar 17 jembatan yang terdampak, di mana tujuh unit di antaranya terputus dan lainnya terancam putus.

"Yang tujuh itu, ada tiga rawayan dan empat jembatan permanen yang bisa dilalui kendaraan roda empat. Naah yang 10 terancam putus juga karena kakinya dan sayapnya habis. Jadi ada 17 jembatan yang terkena dampak dan ini perlu ada segera perbaikan-perbaikan," kata dia.

Dia menyebutkan, anggaran yang dibutuhkan untuk perbaikan jembatan di Kecamatan Banjarwangi diperkirakan mencapai Rp 10 miliar. Menurut dia, anggaran perbaikan satu jembatan permanen itu butuh Rp 2 miliar.

"Kalau ada empat, itu sudah Rp 8 miliar. Belum lagi misalkan jembatan gantung katakanlah Rp 500 juta dikali tiga, jumlahnya Rp 1,5 miliar. Itu hanya jembatan di sini saja, belum jembatan yang ada di Garut bagian utara dan tengah," kata dia.

Selain jembatan, Helmi mengatakan, terdapat fasilitas lain yang terdampak bencana, seperti jalan, lahan milik warga, termasuk hewan ternak yang terseret arus banjir. Dia menambahkan, di Kecamatan Banjarwangi juga terdapat 16 hektare sawah yang terkena banjir, sehingga berpotensi mengalami puso.

"Tambah lagi ikan yang hilang, kemudian ternak, ini memang cukup besar (kerugiannya)," ujar dia.

Kepala Desa Mulyajaya, Kecamatan Banjarwangi, Wawan, mengatakan, salah satu jembatan yang terputus di daerahnya merupakan jembatan penghubung tiga dusun yang ada di Desa Mulyajaya. Selain itu, jembatan itu juga merupakan penghubung antara Desa Mulyajaya dan Desa Wangunjaya.

Dia menyebutkan, ada sekitar 850 kepala keluarga (KK) atau 3.500 jiwa warga yang terdampak akibat terputusnya jembatan di desanya itu. "Bukan terganggu lagi, ini kan jalan desa paling vital dan paling banyak penggunanya, baik ke pasar, ke luar kota, ke kantor desa, dan ke sekolah pun lewat jembatan sini, jembatan Desa Mulyajaya itu yang sering dipakai itu dua, tapi yang satu posisinya aman," kata dia.

Dia berharap, ada perhatian khusus dari pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinisi terkait putusnya jembatan yang ada di desanya itu. Terlebih, dia mengatakan, jembatan tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement