Jumat 29 Jul 2022 14:55 WIB

'Kolab-Balik' Seni Damai Bandung dan Jakarta

Kolab-Balik bertujuan menjadi ruang stimulan publik, khususnya bagi anak muda.

Salah satu pengisi acara Imam Kelana/Istimewa Atelir Ceremai.
Foto: Istimewa
Salah satu pengisi acara Imam Kelana/Istimewa Atelir Ceremai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komuji bekerja sama dengan Atelir Ceremai akan menggelar Festival Merawat Beda ke-3, bertajuk “Kolab-Balik”, pada Sabtu 23 Juli 2022. Acara dilaksanakan di kafe sekaligus ruang usaha kreatif milik Atelir Ceremai, bertempat di Jalan Rawamangun Muka Barat A/1 RT 01 RW 0012, Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta, Indonesia.

Menurut Fajar M Fitrah program director di Komuji Indonesia, kegiatan dimulai dari pukul 15.30 WIB sampai 21.00 WIB. Apresiator kegiatan ini, masyarakat umum. Namun lebih menitikberatkan pada anak muda pegiat seni usia 18-30 tahun. 

Acara tersebut menyiapkan 100 tiket untuk apresiator offline. Sedangkan untuk apresiator online tanpa batas kapasitas, dengan mengakses channel IG-live dan Youtube Komuji Indonesia dan Atelir Ceremai.

Fajar menjelaskan, 'Kolab-Balik' dipilih sebagai tajuk hasil rumusan dan kesepakatan bersama antara pihak Komuji dan Atelir Ceremai. Frasa tersebut dirasa sangat mewakili esensi dan maksud acara, yaitu ajang kolaborasi antar disiplin seni yang mengusung spirit menghargai keberagaman dan merayakan perbedaan.

Di dalamnya, kata dia, mengandung spirit inklusif yang melibatkan beberapa sastrawan, musisi, perupa, dan sineas untuk berkarya. Spirit tersebut lahir sebagai respon dari masalah sosial yang samar dan tak pernah benar-benar surut di masyarakat, yaitu minimnya tenggang rasa dan saling menghargai berbagai perbedaan.

"Kolab-Balik bertujuan menjadi ruang stimulan publik, khususnya bagi anak muda, melalui seni," kata dia dalam rilisnya yang diterima Republika.co.id, Jumat (29/7/2022). 

Program ini, kata dia, berbentuk kegiatan bincang seniman, dan panggung pertunjukan. Baik seniman maupun apresiator, diharapkan mampu menuai nilai positif secara tersurat dan tersirat. 

Tersurat, kata dia, yaitu terjalinnya pergaulan antar kelompok masyarakat dan disiplin seni dengan semangat pertemanan sehingga mendorong industri kreatif. "Tersurat, yaitu dimaknai sebagai gerakan perubahan positif, yakni kesadaran keragaman dan menerima perbedaan di masyarakat, yang terus disuarakan anak muda di kemudian hari," katanya.

Rangkaian acara “Kolab-Balik”, kata dia, yaitu Bincang Seniman (lokakarya) dan Panggung Pertunjukan. Bincang seniman menghadirkan tiga pembicara, yaitu Fajar M Fitrah (sastrawan), Dolby Byba Sakula (perupa), dan  Aras Sintia (sineas) dan dua moderator Syarif Maulana (filsuf) dan Hamzah Muhammad (budayawan). 

Topik yang diangkat menyoal keberagaman serta sikap seniman di tengah konflik tersebut dengan sudut pandang kekaryaan dan disiplin ilmu masing-masing. Posisi seniman dengan karya-karya yang pernah dibuatnya, diharapkan bisa merepresentasikan poin solusi atau sekadar sudut pandang otentik sebagai opini yang menjadi kekayaan interpretasi untuk dibagikan kepada publik. 

Panggung Pertunjukan adalah kegiatan puncak “Kolab-Balik” menampilkan 3 grup dan 1 solois dari skena dan sub-genre berbeda. Adapun penampilnya adalah Om Peler (orkes, Jakarta), Kabar Burung (pop, Jakarta), Bob Anwar (country, Bandung), dan Imam Kelana (Folk, Bandung). 

Masing-masing penampil akan membawakan karya orisinalnya dan turut berkampanye tentang inklusivitas. Selain menjadi hiburan publik, panggung pertunjukan ini diharapkan juga menjadi sarana silaturahmi, baik antar penampil maupun dengan apresiatornya, dan memiliki sisi edukasi dalam koridor tersendiri.

Adapun produk yang ingin dihasilkan, kata dia, dari “Kolab-Balik” adalah sebuah program kolaborasi antar komunitas, yaitu Komuji dan Atelir Ceremai yang terdokumentasikan dan diakses publik. Program kolaboratif kreatif ini berbentuk bincang seniman yang melibatkan 3 orang pembicara lintas displin seni.

Dengan gelaran “Kolab-Balik”, kata dia, diharapkan bisa menginspirasi pelaku seni dan para apresiator tentang bahaya sifat eklusivitas serta semakin mengukuhkan paham inklusivitas di masyarakat. 

"Ruang kolaborasi semacam ini berpotensi mendorong jalur industri kreatif ketika dimaknai anak muda sebagai gerakan perubahan positif dan terus disuarakan di kemudian hari," katanya. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement