Kamis 08 Sep 2022 13:02 WIB

Pemkot Bogor akan Bangun Ekoriparian di Sukaresmi

Ekoriparian menjadi sebuah konsep pengelolaan lingkungan yang berkepanjangan.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah petugas gabungan dan Satgas Naturalisasi Ciliwung bersama relawan membersihkan sampah di sungai Ciliwung, Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/9/2021). Aksi tersebut merupakan rangkaian kegiatan World Cleanup Day.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Sejumlah petugas gabungan dan Satgas Naturalisasi Ciliwung bersama relawan membersihkan sampah di sungai Ciliwung, Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/9/2021). Aksi tersebut merupakan rangkaian kegiatan World Cleanup Day.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terus melakukan program naturalisasi Ciliwung yang disebut sebagai program penyelamatan ekosistem Sungai Ciliwung. Ada beberapa titik Sungai Ciliwung yang mulai dilakukan perbaikan, salah satunya melalui pembangunan Ekoriparian di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.

Proyek tersebut diajukan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperumkim) Kota Bogor dengan nilai pagu anggaran sekitar Rp 1,3 miliar. Kepala Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perumkim) pada Disperumkim Kota Bogor, Muhamad Hutri, mengatakan, sesuai rencana pekerjaan fisik akan dilaksanakan pada September 2022 dengan target 100 hari kalender.

Dari perencanaan teknis kata dia, wisata alam ekoriparian Sukaresmi ini dikerjakan oleh berbagai organisasi perangkat daerah (OPD). Dimana setiap OPD akan memiliki tugas masing-masing dalam pembangunan ekoriparian.

 

photo
Komunitas Peduli Ciliwung (KPC), Satgas Naturalisasi Ciliwung, dan komunitas pegiat alam GRF membentangkan bendera merah putih di Sungai Ciliwung. Tepatnya di bawah Jembatan Situ Duit, Bogor Utara, Kota Bogor. - (KPC)

 

“Kalau melihat dari dokumen itu tuh menyeluruh, jadi dari setiap OPD ada intervensi masing-masing. Kalau di kami (Disperumkim) lebih kepada penanganan infrastruktur khusunya di wilayah permukiman,” katanya Kamis (8/9).

Dia menjelaskan, dari draf perencanaan Ekoriparian Sukaresmi disebutkan penataan harus sesuai zonasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor, serta sesuai aturan garis sepadan sungai. Sehingga, penataan akan dilakukan berdasarakan aturan yang berlaku.

Hutri menyebutkan, ada beberapa pembangunan yang dilakukan. Di antaranya, pembangunan jembatan yang menghubungkan dua kelurahan, jalan setapak, jalur di area sepadan sungai, dan beberapa pendukung lainya. Sehingga, pengunjung yang datang bisa menikmati berwisata menyusuri perkampungan, perkebunan, hutan kota, dan aliran Sungai Ciliwung serta potensi UMKM di wilayah.

“Jadi memang tujuan besarnya itu di samping penataan kawasan permukiman juga pembentukan destinasi wisata di dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) juga ada konservasi disepadan sungai di Dinas Lingkungan Hidup (DLH),” katanya.

Pada tahap awal ini, kata Hutri, OPD yang melakukan pekerjaan ialah Disperumkim Kota Bogor, untuk melakukan penataan permukiman dengan membangun jalam setapak serta saluran. Serta pembuatan biopiri, ecodrain, dan saluran drainase di area permukiman.

Kepala Bidang Kepariwisataan pada Disparbud Kota Bogor, Ferry, mengatakan, setelah pembangunan oleh Disperumkim, Disparbud Kota Bogor akan mulai melakukan aktivasi dan intervensi Ekoriparian Sukaresmi menjadi destinasi wisata.

“Konsep daya tarik wisata di Ekoriparian Sukaresmi adalah tracking susur sungai Ciliwung dengan tetap menjaga atau preservasi wilayah daerah aliran sungai tetap alamiah dengan tumbuhan khasnya. Selain tracking susur sungai, daya tarik wisata yg lain adalah wisata air di sungai Ciliwung dengan perahu karet,” ujarnya.

Saat ini, kata dia, fokus Disparbud Kota Bogor ialah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan melakukan penguatan kelembagaan Kompepar Sukaresmi yang ke depannya akan menjadi pengelola kawasan tersebut.

Sementara anggota Satgasus Naturalisasi Ciliwung, Suparno Jumar, berharap, ekoriparian ini menjadi sebuah konsep pengelolaan lingkungan yang berkepanjangan.

“Dari sisi penataan pemukimannya bisa bermanfaat bagi warga sekitar, dari sisi lingkungannya bisa bermanfaat bagi konservasi dan kelestarian lingkungan, dari sisi potensi ekonominya bisa menjadi pemasukan bagi masyarakat dan pengunjung bisa mendapat edukasi dan wisata pelestarian lingkungan berkelanjutan,” katanya.

Dari sisi pelestarian lingkungan, kata Suparno, pemerintah juga bisa membuat sebuah tempat pengelolaan limbah padat maupun limbah cair sehingga pencermaran tidak terbawa hingga kawasan hulu. Dengan begitu, masyarakat yang datang bisa mendapat edukasi bagaimana pengelolaan sampah agar tidak menjadi timbunan yang merusak alam.

Dari sisi wisata, kata dia, pemerintah juga bisa menanfaatkan potensi yang ada pada warga sekitar seperti memvuat agrowisata dengan melinatkan warga yang memiliki perkebunan.

“Memang ini tidak bisa dikelola oleh pemerintah sendiri perlu berbarengan seperti orkestra yang menghasilkan karya yang indah,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement