Jumat 09 Sep 2022 14:54 WIB

Kemarau Lebih Pendek, Ciayumajakuning Kini Masuki Pancaroba

Potensi cuaca ekstrim itu bisa berdampak terjadinya bencana hidrometeorologi.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Petir terlihat di kawasan pesisir Indramayu, Jawa Barat. Badan Meteorologi; Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan gelombang disertai hujan dan petir masih akan terjadi di laut Jawa.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Petir terlihat di kawasan pesisir Indramayu, Jawa Barat. Badan Meteorologi; Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan gelombang disertai hujan dan petir masih akan terjadi di laut Jawa.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Musim kemarau di Wilayah Ciayumajakunng (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) pada 2022 ini berlangsung lebih singkat. Saat ini, wilayah tersebut sudah memasuki masa pancaroba (peralihan) dari musim kemarau ke musim penghujan.

"Ya pada September ini, sebagian besar wilayah Ciayumajakuning memasuki masa transisi/pancaroba dari kemarau ke penghujan," ujar Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kertajati, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, Jumat (9/9).

Faiz mengakui, musim kemarau pada tahun ini di wilayah Ciayumajakuning memang lebih pendek dari biasanya. Tak hanya itu, musim kemarau 2022 juga diwarnai fenomena La Nina, sehingga hujan masih sering mengguyur meski sedang berada di musim kemarau. "Biasa disebut di masyarakat kemarau basah," kata dia.

Untuk musim hujan di Wilayah Ciayumajakuning, lanjut Faiz, khusus wilayah Kota/Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, awal musim hujan diprakirakan terjadi pada pertengahan Oktober hingga awal November. Sedangkan wilayah Kabupaten Indramayu, awal musim hujannya diprakirakan akan mulai berlangsung pada pertengahan Oktober hingga akhir November.

Sementara itu, menghadapi masa pancaroba ini, Faiz mengimbau, masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem. Seperti, hujan secara tiba-tiba dengan intensitas sedang hingga lebat, dan disertai petir serta angin kencang.

Menurut Faiz, potensi cuaca ekstrim itu bisa berdampak terjadinya bencana hidrometeorologi. Seperti banjir, longsor, pohon tumbang dan lainnya.

Tak hanya berdampak pada alam, lanjut Faiz, kondisi perubahan cuaca yang siginifikan dari panas ke dingin juga bisa berpengaruh pada kondisi kesehatan masyarakat. "Jaga selalu kondisi tubuh," tandas Faiz. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement