Jumat 09 Sep 2022 16:40 WIB

Sepanjang Tahun Ini, di Jabar Terjadi 809 Bencana

Penanganan kebencanaan di Jabar sudah mencapai 97,9 persen.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (ketiga kiri) didampingi Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Agus Subiyanto (keempat kiri), Wakapolda Jabar Brigjen Pol Eddy Sumitro Tambunan (kedua kiri) dan Kepala BPBD Jabar Dani Ramdan (kiri) meninjau kesiapan pasukan saat apel siaga bencana. (Ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (ketiga kiri) didampingi Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Agus Subiyanto (keempat kiri), Wakapolda Jabar Brigjen Pol Eddy Sumitro Tambunan (kedua kiri) dan Kepala BPBD Jabar Dani Ramdan (kiri) meninjau kesiapan pasukan saat apel siaga bencana. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sepanjang tahun 2022, Januari hingga 9 September, di wilayah Jawa Barat telah terjadi 809 bencana. Sebanyak 784 di antaranya bencana hidrometeorologi yakni tanah longsor, banjir, dan angin kencang.

Menurut Analis Kebencanaan Badan Penanggulanganan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Hadi Rahmat Hardjasasmita, ke-809 kejadian terdiri dari 305 kejadian tanah longsor, 340 angin kencang, 139 banjir, 5 kebakaran lahan, gempa bumi 17, dan kekeringan 3 kejadian.

Hadi mengatakan, warga yang terdampak bencana tersebut berjumlah 217.737 orang, 35 orang meninggal dunia, 5.846 rumah rusak, 5.1560 rumah di antaranya terendam akibat banjir dan trtimbun longsor.

Secara keseluruhan, kata Hadi, penanganan kebencanaan di Jabar sudah mencapai 97,9 persen. "Artinya, 809 kejadian sudah kita selesaikan dan 17 kejadian yang masih dalam progres penanganan," ujar Hadi, Jumat (9/8).

Hadi mengatakan, bencana Hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan karena cuaca ekstrem, yakni longsor, banjir, dan angin kencang. Untuk penanganan bencana Hidrometeorologi sama seperti bencana pada umumnya. "Kami sudah memiliki protap dan SOP soal darurat kebencanaan," katanya.

SOP kebencanaan, kata dia, terdiri dari 6 langkah, yakni kaji cepat, pemetaan status, penyelamatan dan evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar perlindungan kelompok rentan, dan pemenuhan sarana dan prasarana vital.

Secara prinsip, kata dia, tidak ada seorangpun yang bisa mengetahui kapan bencana itu datang. Namun untuk bencana Hidrometeorologi, meskipun tidak bisa diprediksi tapi bisa diperkirakan. "Tapi, sifatnya berdasarkan potensi dan memberi peringatan dini," katanya.

Terkait hal ini, BPBD sudah melakukan langkah. Di antaranya memberi informasi  melalui whatsapp ke BPBD kabupaten/kota. Nantinya, BPBD kabupaten/kota yang akan berkoordinasi hingga ke tingkat desa.

"Upaya lainnya dengan WA blast peringatan dini ke kecamatan dan kelurahan melalui aparat berwenang. Nanti mereka yang akan langsung berkoordinasi dengan warga," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement