REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel) ternama di Kota Bandung Ganesha Operation (GO) mendapat piagam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan kategori Lembaga Kursus dan Pelatihan dengan Kelulusan Siswa PTN dan PT Kedinasan Terbanyak se-Indonesia, tercatat 45.000 lebih siswa.
Titel MURI juga dinobatkan kepada Prof Dr Ir Bob Foster MM sebagai Pendiri dan Pengelola Lembaga Kursus dan Pelatihan Ganesha Operation dengan lokasi terbanyak di Indonesia yang dikelola secara Terpusat.
"Perkembangan GO sangat pesat hingga merambah ke berbagai kota, MURI telah mencatat prestasi luar biasa. Semoga jadi motivasi untuk berkaca, sekarang sudah ada parameter baru Ganesha Operation," ujar Direktur Operasional MURI, Jusuf Ngadri di Landmark Convention Hall Bandung, dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Jumat (15/9/2022)
Menyikapi hal itu, Bob menjelaskan, penghargaan ini jadi pemicu untuk Ganesha Operation agar terus berkembang dan menyasar pelajar - pelajar ke daerah untuk mendapatkan hak pendidikan yang setara. Tidak hanya itu, Bob memastikan bimbingan belajar tidak bisa dipandang hanya dari sisi bisnis.
"Yang pasti pengalaman, kemudian serius tidak sampingan. Ada banyak Lembaga bimbel itu sampingan, mungkin pola pandang hanya dari sudut bisnis ya gak bisa," ujarnya seusai mendapat penghargaan.
Menurutnya, perkembangan pendidikan di Indonesia yang masih memerlukan dorongan kuat, harus mendapat stimulus dari sektor non formal. "Harus serius kalau ini pendidikan, kita ada penelitiannya. Bukan sebagai bisnis, bukan sebagai sampingan," katanya.
Lebih lanjut Bob menuturkan, lembaga GO beroperasi dengan standar tata kelola yang benar agar bimbingan belajar fokus pada kualitas belajar siswa. "Ternyata jadi perhatian juga apa yang dilakukan Ganesha Operation. Ada satu kekhasan GO mempunyai jumlah lokasi terbanyak tetapi tidak franchise itu suatu keunikan juga, lah kok bisa? Kita kelola secara manajeman terstandar," katanya.
Bob menuturkan, tantangan Ganesha saat ini yaitu bagaimana agar pelajar tidak mengalami stres dalam mempelajari materi. "GO itu bimbel tatap muka berbasis online karena ini memang harus dipadukan, karena kalau hanya online tidak bisa, kalau lihat semasa pandemi kemarin banyak siswa stres, banyak yang diumumkan juga di rumah lah, tanya orang tuanya padahal bukan guru, kan enggak bisa. Maka timbulah ketegangan dan sekolah pun tidak mencapai target materi," katanya.
Bob menambahkan, dampak pandemi ini ada beberapa pola pengajaran yang berubah. Salahsatunya pembelajaran materi secara virtual atau menggunakan aplikasi. "Ada sedikit, kalau sebelumnya kita relatif pake aplikasi tapi porsinya 10 persen," ujarnya.
"Tapi dengan pandemi saat lockdown dipaksa murni dengan aplikasi nah itu kita lakukan. Jadi kita udah punya aplikasi bimbel. Sekarang meningkat dengan aplikasi itu mencapai 30 persen, 70 persen ditatap mukanya," katanya menambahkan.