REPUBLIKA.CO.ID, Seorang pria muda duduk dengan tekun di salah satu sudut ruangan Podjok Karya Narapidana Lapas Kelas IIb Kabupaten Indramayu. Tangannya yang dipenuhi tato, terlihat memegang kuas kecil, yang sesekali dicelupkan ke cat berwarna merah. Kuas itu kemudian dioleskannya berkali-kali ke sebuah topeng yang ada di depannya.
Topeng itu sebelumnya telah dibuat oleh rekannya yang lain. Bentuk topeng menggambarkan wajah dengan kedua mata melotot, lengkap dengan kumis hitam tebal di atas deretan gigi putih yang keluar dari mulut yang menyeringai. Warna merah mencolok yang telah menutupi sebagian besar permukaan topeng, dengan jelas menunjukkan topeng itu merupakan topeng kelana.
Topeng kelana adalah salah satu dari lima karakter topeng khas Indramayu. Topeng kelana yang selesai dicat, kemudian disandingkan dengan deretan topeng karakter lain yang sebelumnya telah selesai dibuat, yakni topeng Panji, Rumyang, Temanggung dan Samba.
Topeng-topeng cantik itu seluruhnya merupakan hasil produksi warga binaan Lapas Indramayu. Tak hanya menjadi hiasan dinding, topeng yang telah dilengkapi penyangga kayu juga bisa dijadikan sebagai plakat maupun hiasan untuk mempercantik meja kerja dan menambah koleksi pernak-pernik rumah.
Tak hanya sebagai hiasan, para warga binaan juga memproduksi topeng ukuran mini sebagai gantungan kunci. Meski berbentuk mini, namun gantungan kunci itu dibuat seperti bentuk topeng asli dengan warna-warni yang menarik. Terlihat sangat cantik.
"Kerajinan topeng ini memang menjadi produk unggulan warga binaan di Lapas Indramayu," kata Kepala Lapas Kelas II B Indramayu, Beni Hidayat, Rabu (5/10).
Beni menjelaskan, pembuatan kerajinan topeng itu telah mulai dilakukan sejak dua bulan yang lalu. Pihaknya bahkan mendatangkan instruktur langsung dari Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah, Kabupaten Indramayu, untuk melatih para warga binaan.
Warga binaan yang telah menguasai keterampilan membuat topeng, selanjutnya mengajarkannya kepada warga binaan lainnya. Hingga kini, ada beberapa kelompok warga binaan yang telah mampu membuat kerajinan topeng khas Indramayu.
Tak hanya memfasilitasi pelatihan, lanjut Beni, pihaknya juga menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan topeng tersebut. Untuk bahan utama topeng, digunakan resin. Selain lebih murah, resin juga lebih mudah dibentuk dibandingkan menggunakan kayu.
Sedangkan bahan pendukung lainnya, seperti misalnya kayu penyangga topeng ataupun rak topeng, menggunakan bahan-bahan limbah. "Sejauh ini mereka sudah membuat ratusan produk topeng khas Indramayu," ujarnya.
Beni mengatakan, seluruh produk topeng itu selanjutnya dijual. Ada bagi hasil yang diterima warga binaan dari keuntungan penjualan topeng-topeng tersebut.
Meski diakui Beni, penjualan topeng khas Indramayu yang diproduksi warga binaan sejauh ini belum terlalu luas. Hal itu dikarenakan belum adanya kerja sama dengan toko souvenir maupun pihak ketiga lainnya.
"Tapi kalau ada pesanan dalam jumlah banyak, berapapun, warga binaan kami siap mengerjakannya," kata Beni.
Sementara itu, salah seorang warga binaan, Odan (28 tahun), mengaku, senang dengan adanya pelatihan hingga produksi pembuatan topeng tersebut. Selain bisa mengisi waktunya dengan kegiatan yang bermanfaat, pembuatan kerajinan topeng itu juga bisa mendatangkan penghasilan.
"Saya merasa bangga hasil karya saya bisa dinikmati oleh masyarakat luas," tutur Odan.
Odan berharap, setelah nanti bebas, bisa membuka usaha sendiri pembuatan kerajinan tersebut. Tak hanya menghasilkan uang, pembuatan kerajinan itu juga sebagai sarana dalam menyalurkan bakat seninya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
