Selasa 11 Oct 2022 07:59 WIB

Kabupaten Bogor Miliki Frekuensi Bencana Tertinggi di Indonesia

Dalam kurun waktu 2021-2022, Kabupaten Bogor tercatat sebanyak 181 kejadian.

Petugas SAR gabungan melakukan evakuasi material tanah longsor dan pencarian korban di Desa Cipelang, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bencana hidrometeorologi di Kabupaten Bogor tertinggi di Indonesia.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Petugas SAR gabungan melakukan evakuasi material tanah longsor dan pencarian korban di Desa Cipelang, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bencana hidrometeorologi di Kabupaten Bogor tertinggi di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memiliki frekuensi bencana hidrometeorologi basah tertinggi di Indonesia.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing, Senin (10/10/2022), menyebut tahun 2021, bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor, mendominasi kawasan Jabodetabek.

Kejadian tanah longsor mendominasi Jabodetabek, terutama pada Kabupaten Bogor. "Kabupaten Bogor ini adalah dengan frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi paling tinggi di Indonesia, tidak hanya di Jabodetabek," kata Abdul.

Sementara secara historis banjir Jabodetabek per kabupaten/kota dalam kurun waktu 2021-2022, Kabupaten Bogor tercatat sebanyak 181 kejadian, dibandingkan Jakarta Timur sebanyak 75 kejadian, dan Jakarta Selatan 57 kejadian.

Abdul mengatakan, frekuensi kejadian banjir di Kabupaten Bogor dikatakan luar biasa, lebih dari dua kali lipat dari kabupaten/kota lainnya. "Ini menjadi perhatian kita untuk melihat kembali bagaimana bentang lahan kita saat ini, karena pastinya kalau kita berbicara hidrometeorologi basah tidak lepas dari daya dukung, daya tampung lingkungan," ujar Abdul.

Selain itu, secara historis korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi basah di Jabodetabek tercatat paling tinggi di tahun 2020, yakni sebanyak 65 jiwa.

"Karena eskalasi banjir sebenarnya tidak terlalu banyak cakupan wilayahnya, tetapi tinggi airnya naik dengan cepat dan cukup signifikan sehingga banyak warga yang terjebak atau terkena sengatan listrik dan lain-lain," ujar dia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement