Kamis 03 Nov 2022 19:47 WIB

Beca Mang Odik, Inovasi Belajar Angkat Kearifan Lokal

Beca Mang Odik adalah buah inovasi yang digagas Cadisdik Wilayah I Jabar.

Pengenalan Beca Mang Odik ke guru-guru di sekolah.
Foto: Istimewa
Pengenalan Beca Mang Odik ke guru-guru di sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Inovasi di bidang pendidikan terus dilakukan oleh Dinas Pendidikan di Jabar. Salah satunya, bernama 'Beca Mang Odik' yang merupakan penjabaran dari Beja-beja Carita nu Mangpaat jeung Obrolan nu Ngadidik. 

Program ini, sebagai bentuk dukungan Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah I Jabar. Beca Mang Odik, ini pun menjadi program unggulan Cadisdik Wilayah I yang dibuat untuk mengangkat segala potensi positif. Yakni, baik melalui penguatan kearifan lokal serta seluk beluk dunia pendidikan. 

Dengan harapan dapat dijadikan sumber informasi maupun rujukan bagi masyarakat yang ingin mengetahui berbagai informasi, tak terkecuali terkait pembelajaran. 

Beca Mang Odik adalah buah inovasi yang digagas Cadisdik Wilayah I Jabar di masa kepemimpinan Drs Dadang Sufyan Saifullah MPd. Program ini, diterapkan di seluruh sekolah jenjang SMA/SMK dan SLB khusus di Wilayah I Jabar tepatnya Kabupaten Bogor.

Menurut Plt Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Kacadisdik) Wilayah I Jabar, Nonong Winarni, program ini menghadirkan inovasi menjadi sebuah keniscayaan di tengah sejumlah disrupsi yang dihadapi dewasa ini. 

“Nama unik khas Sunda, Beca Mang Odik ini terinspirasi dari visi Jawa Barat. Program ini diharapkan memberikan manfaat dan berkontribusi mewujudkan Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi," ujar Nonong, dalam siaran persnya, Kamis (3/11).

Nonong menjelaskan, Beca Mang Odik (BMO),  untuk jenjang SMA/SMK dan SLB.  Diharapkan, program ini mampu menghidupkan learning community alami dalam entitas guru atau tenaga kependidikan (GTK). Beca Mang odik juga memiliki filosofi mendorong dari belakang, seperti yang lazim dilakukan oleh penarik Becak. 

"Ini senada dengan makna dari Tut Wuri Handayani, bahawa dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan," katanya.

Pada pelaksanaannya, kata Nonong, Beca Mang Odik ditayangkan melalui media audio visual dengan ragam yang bisa dipilih, termasuk juga tema yang ditayangkan. Setiap sekolah, juga bebas menentukan tema dan ragam media audio visual yang akan ditampilkan sepanjang sesuai dengan ketentuan khusus.

"Intinya penayangan program BMO melalui media audio visual dengan ragam yang bisa dipilih pada ketentuan khusus. Program ini diikuti oleh seluruh sekolah di Wilayah I Jawa Barat baik itu SMA, SMK maupun SLB," paparnya.

Terkait saluran yang dapat dimanfaatkan dalam audio visual tersebut, kata dia, sekolah dapat memilih berbagai jenis media audio visual penayangan untuk kegiatan BMO. Yakni, baik melalui podcast, talk show nara sumber atau tokoh, diskusi pendidikan dengan terkait persoalan kekinian atau informasi up date, paparan narasi bahkan bisa juga dengan stand up comedy.

"Jadi salurannya jelas melalui media audio visual, apakah itu melalui podcast, talk show dengan tokoh, diskusi, bahkan stand up comedy yang semuanya bisa ditayangkan secara audio visual," katanya.

Adapun kriteria materi penayangannya, kata dia, terdiri dari 40 persen materi yang dapat menunjang nuansa budaya Jawa Barat, 20% info sekolah, dan 40 persen hiburan. Cadisdik Wilayah I Jabar juga memberikan keleluasaan tema melalui kriteria khusus yang dapat menjadi alternatif pilihan atau acuan penayangan penyajian bagi tiap sekolah.

Menurutnya, tema yang dipilih setiap sekolah, seperti kegiatan religius, praktik unggulan dalam proses pembelajaran, profil dan tokoh inspiratif baik dari lingkungan siswa, GTK maupun tokoh di wilayah sekolah dan sekitarnya. Tema penayangan juga dapat dipilih dari sejarah, seni budaya, sosial ekosoni yang menarik. Serta budaya kearifan lokal di wilayah setempat.

Untuk menjaga kualitas hasil program, kata dia, tak hanya membatasi durasi tayangan setiap program dengan maksimal durasi 30 menit. Penerapan program Beca Mang Odik juga sepenuhnya diserahkan segala tanggung jawabnya kepada tim pengelola IT. 

Selain itu, kata dia, ada aturan yang wajib dipatuhi seluruh sekolah agar tetap menjaga kaidah kesopanan, tidak mengandung unsur SARAPPP. Yakni suku, agama, ras, antargolongan, perundungan, pornografi dan pornoaks. 

"Kemudian batas pengiriman video juga kami atur dengan ditetapkan seminggu sebelumnya harus dikirim ke tim kreatif dan dilanjutkan ke tim seleksi. Hal itu tak lain untuk menjaga kualitas tayangan termasuk penyempurnaan jika ada yang harus disempurnakan tim pengelola IT," papar Nonong. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement