Ahad 06 Nov 2022 19:00 WIB

Derita Tomi dan Keluarganya, Tinggal di Gubuk Reyot Hampir Roboh

Rumah yang dihuni Tomi bersama keluarganya itu hanya berdindingkan bata dan semen.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Derita Tomi dan Keluarganya, Tinggal di Gubug Reyot Hampir Roboh (ilustrasi).
Foto: Baznas
Derita Tomi dan Keluarganya, Tinggal di Gubug Reyot Hampir Roboh (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU – Kondisi rumah yang ditempati oleh Tomi (41 tahun) beserta istri dan dua anaknya di Kelurahan Paoman, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, sangat memprihatinkan. Rumah, yang lebih tepat disebut gubuk, sudah reyot dan terancam roboh.

Berdasarkan pantauan Republika, rumah yang dihuni Tomi bersama keluarganya itu hanya berdindingkan bata dan semen setinggi 50 sentimeter, yang selanjutnya disambung dengan pagar bilik bambu. Kondisi bilik bambunya pun sudah lapuk dan berlubang di mana-mana.

Baca Juga

Tempias air hujan akan masuk melalui lubang-lubang pada bilik bambu tersebut. Tak hanya itu, hewan liar, seperti biawak, juga kerap bolak-balik, sehingga membahayakan pemilik rumah. Pasalnya, di belakang rumah tersebut mengalir Sungai Cimanuk Lama, yang dipenuhi tanaman eceng gondok.

Lantai rumah Tomi pun beralaskan tanah. Sedangkan atap rumah yang terbuat dari asbes, juga sudah lapuk dan bocor saat hujan.

Tak hanya itu, rumah milik Tomi pun tidak memiliki sarana mandi cuci kakus (MCK) yang layak. Di dalam kamar mandi yang sudah tidak lagi beratap, hanya terdapat sebuah WC jongkok. Ketiadaan atap membuat penghuni rumah kesulitan buang air besar maupun kecil jika hujan sedang turun.

Selain itu, Tomi juga tidak memiliki dapur. Untuk keperluan memasak, dia membuat kompor dari tumpukan bata dan kayu bakar di halaman rumahnya.

Tomi beserta anak dan istrinya pun tidur beralaskan kasur tipis yang sudah lapuk.

"Saya di sini tinggal bersama istri dan dua anak yang berumur tujuh tahun dan satu tahun. Semuanya laki-laki," ujar Tomi, Ahad (6/11/2022).

Tomi mengaku tidak memiliki uang untuk memperbaiki kondisi rumahnya. Sehari-hari, dia mencari uang dengan mengamen. Dia juga terkadang menjadi buruh serabutan jika ada tetangga yang membutuhkan tenaganya.

Tomi menyebutkan, penghasilan yang diperolehnya tidak menentu, rata-rata Rp 50 ribu per hari. Uang tersebut hanya bisa digunakannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya bersama istri dan dua anaknya.

Tomi mengaku selalu waswas jika hujan turun. Dia takut rumahnya akan roboh jika hujan turun disertai angin.

"Kalau hujan, saya selalu berdoa kepada Allah agar hujan turun jangan disertai angin. Cukup hujannya saja. Saya takut rumah ini roboh,’’ tutur Tomi.

Ketua RT setempat, Sohibul, mengungkapkan, aparat Kelurahan Paoman sudah mendatangi rumah Tomi. Rencananya, rumah Tomi akan diajukan dalam program Rutilahu, serta Baznas.

‘’Cuma belum tahu dari pengajuan itu ada perkembangan apa untuk realisasinya. Kami belum tahu,’’ tukas Sohibul.

Namun demikian, Sohibul mengatakan, pihak kelurahan sudah memberikan bantuan berupa seperangkat perlengkapan sekolah dan madrasah untuk anak Tomi. Selain itu, adapula bantuan berupa sembako.

‘’Ada juga uang hasil swadaya masyarakat. Ya lumayan bisa untuk memenuhi kebutuhan Tomi dan keluarganya beberapa hari,’’ kata Sohibul.

Sohibul berharap, program Rutilahu untuk memperbaiki rumah Tomi bisa segera terealisasi. Dengan demikian, Tomi dan keluarganya dapat tinggal di rumah yang layak huni. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement