REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 6 Kota Bandung sukses memproduksi berbagai macam produk. Bahkan, simulator sebagai produk unggulan siswa SMK tersebut sudah mampu menembus pasar internasional.
Menurut Kepala Teknis Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) SMKN 6 Bandung, Agus Surahmat, produk anak didiknya berupa simulator kendaraan roda empat sudah dipasarkan ke Vietnam. Bukan hanya satu jenis, melainkan ada beberapa jenis simulator kendaraan roda empat yang diproduksi lantas dikirim ke negara di ASEAN tersebut.
Agus mengatakan, proyek tersebut didapat dari pesanan salah satu mitra industri SMKN 6 Kota Bandung yaitu PT Pudak. Kerja sama antara PT Pudak dengan Vietnam membuat SMKN yang berada di lingkungan Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah VII Jawa Barat ini lantas mendapatkan pesanan simulator.
"PT Pudak yang punya proyek dan tender, hanya kita mengerjakan. Mereka memasarkannya ke Vietnam," ujar Agus, Senin (21/11/2022).
Agus mengatakan, produk simulator yang dihasilkan siswa siswi jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif itu sudah dikenal di seantero negeri menyusul banyaknya pesanan simulator dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua.
Perlu diketahui, Melalui BLUD dan model pembelajaran Teaching Factory (TEFA), produk-produk yang dibuat para peserta didik sebagai proses belajar pun bisa dipasarkan ke masyarakat. Karena, sistem BLUD bakal memudahkan untuk melakukan kerja sama dengan dunia industri.
Selain Teknik Kendaraan Ringan Otomotif, jurusan yang terdapat di SMKN 6 Kota Bandung sendiri yakni Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan (DPIB), Teknik Audio Video, Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Pemesinan, dan Teknik Pengelasan.
Sementara menurut Kepala TEFA Simulator Engine SMKN 6 Kota Bandung Naek Baho, SMKN 6 Kota Bandung membuat berbagai macam simulator sejak 22 tahun silam atau tahun 2000.
Simulator yang diproduksi siswa/i SMKN Kota 6 Bandung, kata dia, di antaranya simulator power window, simulator kelistrikan body, hingga simulator engine stand. Simulator engine stand juga terdapat banyak macamnya dan semuanya diproduksi di SMKN 6 Kota Bandung.
Awal mula SMKN 6 Kota Bandung memproduksi simulator, kata dia, gagasannya berawal dari kebutuhan guru-guru SMKN 6 Bandung untuk mendukung pembelajaran. Lalu, pihaknya berkreasi dengan menciptakan alat agar siswa lebih mengerti dan memahami pembelajaran hingga tercipatlah berbagai simulator.
"Kalau lama produksi tergantung dari jenis. Misalnya kalau engine stand, mulai dari pembuatan standnya, pabrikasi stand, kemudian pengamplasan, pengecatan, sampai jadi, sampai mesinnya kita tempatkan di tempat itu, kurang lebih 1 sampai 2 minggu," katanya.
Seiring berjalannya waktu, kata Naek, produk simulator SMKN 6 Kota Bandung mulai dilirik dan pesanan datang dari berbagai sekolah. Padahal, simulator tersebut awalnya hanya dibutuhkan untuk bahan ajar di sekolahnya.
"Kita pernah pengiriman ke Aceh sampai Papua. Di Sumatera itu ke Aceh ke Dumai, Muara Enim, Lampung, itu sudah. Jawa Barat sudah lumayan banyak sampai Indramayu, Kuningan, Cirebon, udah dikenal kita di Jawa Barat," papar Naek
Simulator yang dibuat di SMKN 6 Kota Bandung, kata dia, bukan hanya simulator kendaraan roda empat saja, melainkan juga roda dua seperti simulator injeksi PGM FI.
Naek pun yakin, simulator yang diproduksi SMKN 6 Kota Bandung bisa terus berlanjut seiring perkembangan teknologi. Oleh karenanya, potensi pengembangan BLUD di SMKN 6 Kota Bandung, khususnya untuk produk simulator masih sangat besar.
"Dulu ada kepala sekolah yang menayakan apakah bisa langgeng? Saya katakan ini akan langgeng terus karena teknologi pun cenderung berkembang. Dulu konvensional, datang yang baru. Hybrid sekarang sudah mulai ditinggalkan masuk ke electric vehicle. Jadi selalu berkembang," katanya.
Sementara menurut Kepala SMKN 6 Kota Bandung, Agus Rustiadin, sebagai salah satu produk unggulan di sekolahnya, simulator ini diperlukan sekolah-sekolah untuk membantu alat praktik bagi siswa di jurusan otomotif.
"Di jurusan yang lain banyak potensi yang memang ke depan mungkin harus dioptimalkan,lnkarena kita sebagai sekolah yang cukup besar di Bandung. Kami memiliki alat-alat praktik yang bisa difungsikan juga untuk meningkatkan layanan terkait dengan BLUD," kata Agus.
Ke depannya, kata Agus, SMKN 6 Kota Bandung akan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada untuk peningkatan layanan pendidikan kepada masyarakat. Di mana tujuan akhirnya untuk meningkatkan layanan pendidikan, dengan mengoptimalkan semua sumber daya yang ada.
"Kita punya alat-alat praktik, punya SDM guru-guru yang bagus, siswa yang banyak dengan pola pembelajaran TEFA ini menjadi sumber daya yang bagus untuk bisa mengurus diri, untuk meningkatkan layanan," katanya.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah VII Jabar, Firman Oktora menilai, pengembangan SMKN dengan kompetensi keahlian tertentu sangat penting. Termasuk memperkuat kemitraan bersama dunia usaha dan industri serta penyelarasan kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri.
Tak hanya itu, kata dia, guru juga mesti diberikan kesempatan magang untuk meningkatkan kompetensinya dalam upaya mendukung pembelajaran sehingga muaranya nanti, SMKN di lingkungan Cadisdik VII Jabar bisa menjadi sekolah rujukan daerah lain.
"Kita support terus kegiatan teaching factory (TEFA), pembelajaran yang menghadirkan kondisi rill seperti aktivitas produksi di industri. TEFA ini dilakukan untuk menjembatani kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang diberikan sekolah dan kebutuhan industri," katanya.