REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran terjadi di ruangan Bandan Intelijen dan Keamanan (Bainterlakam) Mabes Polri pada Kamis (24/11) malam. Perlu dilakukan investigasi apakah kebakaran tersebut karena sabotase atau murni insiden belaka.
“Terkait apakah itu sabotase atau murni insiden, saya kira itu spekulasi yang bisa dijawab dengan investigasi dan uji forensik. Termasuk apakah itu ada kaitannya dengan kasus-kasus yang sedang mencuat belakangan ini,” kata Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, Jumat (25/11).
Kalaupun toh itu sabotase, kata dia, motifnya tidak selalu harus dikaitkan dengan upaya menghilangkan data atau bukti untuk pengungkapan kasus tertentu. “Memang pengaitan dengan motif seperti itu adalah yang paling umum dan mudah, tapi bukan berarti selalu demikian,” ujar Fahmi.
Menurutnya, kebakaran tiga menit di sebuah ruangan di gedung Bareskrim Polri itu bisa saja dilakukan oleh pihak tertentu, justru sebagai upaya akselerasi atau penekanan agar kasus-kasus yang dikaitkan segera dituntaskan.
Kebakaran itu jelas telah menghadirkan berbagai spekulasi, terutama soal sabotase untuk menghilangkan data atau informasi penting. Padahal sebenarnya kan belum tentu juga ruangan yang terbakar itu memiliki signifikansi dengan kasus tertentu.
“Nah terlepas dari apakah kebakaran itu merupakan sabotase atau insiden semata, Kapolri dan jajarannya perlu diingatkan agar bekerja cepat dan sungguh-sungguh dalam penanganan kasus-kasus yang menjadi atensi masyarakat belakangan ini, termasuk kasus suap/gratifikasi tambang ilegal dan perjudian,” kata dia.
Hal ini penting, ungkap Fahmi, karena bisa jadi kebakaran tersebut sekaligus menunjukkan adanya kerentanan pada sarana-prasarana di lingkungan Mabes Polri. Meskipun kali ini kebakaran tidak berdampak signifikan, Polri tentunya harus waspada jangan sampai terjadi kebakaran-kebakaran lain di masa depan, yang dapat berdampak pada upaya-upaya penegakan hukum yang sedang berjalan.