REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam aksi pengrusakan dan pembakaran Alquran yang terjadi di Swedia pada beberapa waktu yang lalu. Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim menyebut, menyesalkan terjadinya hal tersebut.
"MUI mengecam dan sangat menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh kelompok ekstrim kanan yang dipimpin oleh Rasmus Paludan," kata dia dalam keterangan yang didapat Republika, Jumat (9/12).
Tindakan tersebut dikatakan sudah menuai konflik di beberapa tempat di Swedia. Hal ini bukan saja tindakan yang sangat memalukan, tetapi juga disebut sebagai tindakan yang tidak beradab.
Sudarnoto menyebut, Paludan dan kelompok ekstrim ini adalah kelompok uncivilized, sekaligus menjadi musuh bagi semua orang yang berpikiran sehat.
Paludan dan kelompok ekstrim ini disampaikan telah menebar xenofobia, rasialis, ultra nasionalis dan sekaligus islamofobia. Kelompok tersebut benar benar melakukan pelanggaran berat terhadap prinsip keharusan menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak beragama.
Lebih lanjut, dia pun menyebut, Swedia seharusnya sudah menjadi negara dimana hak dan kebebasan beragama setiap warga dijamin secara hukum dan politik. "Karena itu, Pemerintah Swedia harus menindak tegas Paludan dan semua pihak yang melindungi tindakan kelompok ekstrimis ini. Jika tidak, maka ekstrimisme dan islamofobia akan terus menyebar dan membahayakan kemanusiaan dimana-mana," lanjutnya.
Kepada Duta besar Swedia untuk Indonesia, dia menyebut, harus menyampaikan penjelasan secara terbuka terkait dengan kasus tersebut. Sekaligus, dia meminta untuk berjanji akan menindak dan menghentikan seluruh bentuk ekstrimisme.
"Diplomatic appeal kepada Dubes Swedia juga perlu dilakukan oleh Pemerintah RI. Jangan sampai, hubungan persahabatan Swedia-Indonesia ini terganggu karena kasus ini. Ini bukan kasus pertama, sebelumnya juga sudah terjadi," ucap dia.
Pada awal Desember ini dilaporkan Alquran yang hancur ditinggalkan di dekat pintu masuk masjid di Stockholm, Jumat (2/12). Gambar yang dibagikan oleh Masjid Stockholm menunjukkan kitab suci umat Islam yang rusak dirantai dan digantung di pagar besi di luar masjid.
Dalam sebuah pernyataan, pihak masjid mengatakan mereka dan jemaahnya telah sering menerima ancaman seperti itu. Masjid tersebut telah mengalami serangan Islamofobia sebelumnya, seperti grafiti anti-Islam dan tulisan yang dilukis di pintunya
Pihak masjid menyebut insiden vandalisme telah berulang kali terjadi di masjid Stockholm. Seringnya, gambar vandalisme yang ditorehkan adalah logo swastika NAZI.
Kejadian ini tercatat terjadi dua kali pada tahun 2022, yaitu pada Januari dan Maret. Dalam sebuah pernyataan, pengurus masjid mengatakan simbol swastika besar diukir menggunakan tinta semprot di pintu masjid.
Manajemen pun mengutuk keras insiden tersebut. Kala itu, mereka mengatakan masjid telah menghadapi serangan rasis seperti itu selama bertahun-tahun.
“Anggota masjid kami dan komunitas sangat terganggu oleh serangan semacam itu. Sayangnya, meskipun banyak serangan rasis, pemerintah tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Islamofobia dan ujaran kebencian,” kata mereka.
Menurut televisi pemerintah Swedia SVT, sebanyak 22 serangan rasis tercatat di Masjid Stockholm pada 2017. Di tahun berikutnya, 23 serangan lain tercatat sejak awal tahun.