Senin 12 Dec 2022 15:55 WIB

Bencana Banjir di Kota Tasikmalaya Meningkat Pesat Sepanjang 2022

Frekuensi bencana banjir salah satunya dipengaruhi peningkatan jumlah penduduk.

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Petugas memperbaiki tanggul di Sungai Dalemsuba di Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya. Tanggul di sungai itu jebol pada Jumat (15/4/2022) dan mengakibatkan banjir bandang. 
Foto: Republika/Bayu Adji
Petugas memperbaiki tanggul di Sungai Dalemsuba di Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya. Tanggul di sungai itu jebol pada Jumat (15/4/2022) dan mengakibatkan banjir bandang. 

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemkot Tasikmalaya merilis data kejadian bencana sepanjang 1 Januari hingga 30 November 2022. Dari data itu, kejadian banjir menjadi bencana yang paling berdampak terhadap kehidupan masyarakat di daerah tersebut.

Subkoordinator Penanganan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasikmalaya, Erik Yowanda, mengatakan, kejadian banjir di Kota Tasikmalaya memang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Meski frekuensinya tak sebanyak kejadian bencana lain, dampak yang ditimbulkan banjir adalah yang paling besar.

"Saat ini memang banjir bisa dikatakan salah satu ancaman yang terjadi di Kota Tasikmalaya," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Senin (12/12/2022).

Menurut Erik, meningkatnya frekuensi bencana banjir di Kota Tasikmalaya salah satunya dipengaruhi peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan. Dia mencontohkan, lahan yang tadinya dibuat untuk kolam atau sawah, kini banyak yang beralih fungsi menjadi perumahan. Alhasil, lahan penyerapan air menjadi berkurang, sehingga menyebabkan banjir.

Tak hanya itu, dia menyebut, masalah klasik, seperti membuang sampah sembarang, juga menjadi penyebab makin maraknya terjadi banjir di Kota Tasikmalaya. Sampah itu dinilai membuat banyak gorong-gorong mampet.

Berdasarkan data BPBD, sepanjang 1 Januari hingga 30 November 2022, terdapat 550 kejadian bencana di Kota Tasikmalaya. Bencana itu menyebab 1.429 kepala keluarga (KK) atau 5.319 jiwa dan 1.427 rumah terdampak.

Dari total kejadian bencana itu, mayoritas yang terjadi adalah cuaca ekstrem (rumah rusak), yaitu mencapai 239 kejadian. Sementara bencana banjir hanya terjadi 13 kali, tapi berdampak terhadap penghidupan 976 KK atau 3.801 jiwa. Selain itu, sebanyak 1.016 rumah terdampak banjir sepanjang tahun ini.

Angka itu jelas meningkat dibandingkan data tahun sebelumnya, di mana dari total 214 kejadian bencana, hanya terjadi enam kali bencana banjir. Banjir tahun lalu juga hanya berdampak terhadap 133 KK atau 429 jiwa dan 116 rumah.

Erik menilai, frekuensi kejadian bencana banjir yang makin sering pada tahun ini juga disebabkan oleh curah hujan yang meningkat. "Untuk 2022 memang (banjir) meningkat cukup drastis ya. Karena faktor cuaca ada peningkatan curah hujan dan juga adanya bencana hidrometrologi, sehingga ada peningkatan," kata dia.

Menurut dia, potensi banjir ke depan kemungkinan akan lebih parah, seiring dengan makin tak jelasnya kondisi cuaca. Ditambah, jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan di Kota Tasikmalaya, juga dapat meningkatkan potensi banjir.

Sebagai salah satu upaya pencegahan, Erik mengatakan, saat ini, pihaknya sedang menyusun kajian resiko bencana. Penyusunan itu dilakukan untuk memetakan potensi bencana di masing-masing wilayah di Kota Tasikmalaya.

"Karena dari kajian itu dapat dilihat selain potensi banjir yang disebabkan oleh manusia juga, ada beberapa faktor alam atau tidak. Nah dari sana nanti kita bisa memetakan wilayah yang rawan banjir selain berdasarkan data, sehingga masyarakat bisa lebih peduli terhadap lingkungan," kata dia.

Dia juga meminta, masyarakat yang tinggal di wilayah rawan banjir untuk dapat melakukan upaya pencegahan bencana tersebut. Salah satunya adalah dengan membuat resapan air dan tidak membuang sampah sembarang.

Erik menyebutkan, sementara ini wilayah kecamatan yang memiliki potensi bencana banjir di Kota Tasikmalaya antara lain Cipedes, Tawang, dan Indihiang. "Kalau di Purbaratu itu disebabkan tanggul jebol bukan karena air sungai yang debitnya tinggi karena curah hujan," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement