Rabu 14 Dec 2022 05:40 WIB

Safari Politik Anies Efektif Mengkonversi Kelompok Swingvoters

Elektabilitas Prabowo disalip oleh Anies dengan dia mengkonversi gelombang Swingvoter

Rep: Amri Amrullah / Red: Agus Yulianto
Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, Ph.D.
Foto: Dok Parmad
Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, Ph.D.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam mengatakan, safari politik yang dilakukan Anies Baswedan terbukti sangat efektif mengkonversi kekuatan Swingvoters menjadi pendukungnya. Terlepas dari berbagai tuduhan lawan politiknya, dia menilai, keberhasilan safari politik Anies itu terlihat dari angka elektabilitas di tiga bulan terakhir.

Menurut Umam, Anies bisa dibilang sedang berusaha mengkonversi dua basis pemilik loyal yang menjadi Swingvoters menjadi pendukungnya. Kedua kelompok itu berasal dari yang pertama segmen kelompok mantan pendukung Prabowo yang merasa kecewa terhadap Prabowo. Kelompok ini merasa ditinggalkan, merasa dikhianati oleh cara politik Prabowo yang sekarang menjadi bagian koalisi pemerintahan Jokowi.

Kemudian, lanjut dia, segmen yang kedua adalah pendukung Jokowi di periode pertama antara 2014-2019, tapi kemudian belakangan merasa apa yang dilakukan pemerintahan Jokowi tidak terwakili perjuangan mereka. Kelompok ini merasa kecewa terhadap kepemimpinan Jokowi itu sendiri.

"Umumnya kelompok ini adalah kelompok menengah terdidik di masyarakat kita. Mereka memiliki literasi politik yang lebih memadai, sehingga memiliki cara pandang yang lebih kritis terhadap sejumlah kebijakan publik yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan ketika dulu mendukung Jokowi di pemilu 2014," ujarnya.

Umam menjelaskan, beberapa contoh kebijakan pemerintahan di periode kedua Jokowi yang dianggap cukup bermasalah, misalnya terkait Undang-undang (UU) Minerba, UU Omnibus law, UU KPK dan terakhir ini dari kalangan masyarakat sipil terkait UU KUHP. Dari semua produk UU itu, kelompok ini menilai ada catatan kemunduran demokrasi yang betul betul terjadi.

"Ini menjadi konsen dari kelompok masyarakat sipil, kelompok menengah terdidik, termasuk kelompok dunia usaha yang belakangan merasa tidak terwakili terutama soal recovery setelah Pandemi," ucapnya.

Maka, irisan-irisan dari elemen elemen ini yang menurut Umam, mampu menciptakan gelombang Swingvoters yang cukup besar ingin ditangkap oleh Anies. Dan Swingvoters itulah yang menurut dia, bisa menjelaskan elektabilitas Anies ternyata dalam tiga bulan terakhir sejak September hingga November mengalami akselerasi peningkatan sekitar 5-7 persen.

"Itu sudah terkonfirmasi di dalam data Litbang Kompas dan survei Indikator terakhir, termasuk di partai politik yang mendukung Anies. Mungkin itu yang membuat Anies terus diganjal hingga saat ini," imbuhnya.

Dia memaparkan, hasil elektabilitas tiga bulan terakhir itu, sebelumnya memposisikan Ganjar di posisi nomor 1 dan Prabowo nomor 2, kemudian Anies nomor 3. Maka, per November 2022 kemarin posisi itu mengalami crossing, yakni Anies menyalip Prabowo di posisi kedua dan mendekati posisi Ganjar di urutan pertama.

"Ganjar memang masih di posisi pertama, tapi di tiga bulan terakhir survei Ganjar alami stagnasi di angka 28 sampai 30 persen, dan itu agak berat untuk naik lagi kalau melihat tren saat ini. Sementara Prabowo disalip oleh Anies dengan dia mengkonversi gelombang Swingvoters itu, sedangkan Prabowo terus mengalami penurunan elektabilitas," papar Umam.

Fenomena ini, menurut dia, mungkin juga faktornya cukup beragam. Bisa jadi pendukung loyal Prabowo dulu merasa ditinggalkan atau juga sudah di titik jenuh dengan sosok Prabowo. Karena Prabowo sudah berkali-kali sebagai capres. Dan mungkin juga, menurut dia, menjadi tren di 2019 kemarin sudah di titik jenuh, apalagi ketika Prabowo memilih menjadi bagian dari kabinet Jokowi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement