Sabtu 21 Jan 2023 16:23 WIB

Pengamat: Ridwan Kamil Gabung Golkar untuk Kuasai Suara di Jabar

Ridwan Kamil harus mulai sadar bahwa ia bukan lagi orang tanpa ikatan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto (kiri) bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) saat melakukan pertemuan politik di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Rabu (18/1/2023). Ridwan Kamil atau Kang Emil resmi bergabung dengan Partai Golkar setelah Ketua Umum Airlangga Hartarto menyerahkan kartu tanda anggota (KTA) dan jas warna kuning Partai Golkar.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto (kiri) bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) saat melakukan pertemuan politik di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Rabu (18/1/2023). Ridwan Kamil atau Kang Emil resmi bergabung dengan Partai Golkar setelah Ketua Umum Airlangga Hartarto menyerahkan kartu tanda anggota (KTA) dan jas warna kuning Partai Golkar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesia Political Power, Ikhwan Arif menakar bergabungnya Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil ke partai Golkar. Menurut dia, ada misi utama Golkar dengan pilihan Ridwan Kamil tersebut, yakni untuk merebut lumbung suara di Provinsi Jabar.

"Partai Golkar berambisi merebut pengaruh Ridwan Kamil di Jawa Barat, terlebih momentum Pilpres ini banyak tokoh muda yang populer dan potensial seperti Ridwan Kamil yang ditargetkan untuk merebut lumbung suara di Jabar," ungkap Ikhwan kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (21/1/2023).

Karena itu, sebut dia, Ridwan Kamil akan mendapat tempat layak dan posisi strategis di Partai Golkar. Hal itu juga menjadi poin penting bagi Golkar untuk membuat Ridwan Kamil bekerja demi partai di Jabar.

"Masuknya Ridwan Kamil dalam struktur penting di tubuh Golkar tidak terlepas dari momentum persiapan Pilpres 2024, apalagi Ridwan Kamil punya posisi penting sebagai gubernur Jawa Barat, secara langsung beban politik Golkar dalam merebut kemenangan di Jabar kuncinya ada pada Ridwan Kamil," kata Ikhwan.

Seperti diketahui sebelumnya Jabar sempat dikuasai PDIP pada 2014 dan Prabowo lewat Partai Gerindra di 2019. Bergabungnya Ridwan Kamil, tentu jadi strategi memperkuat suara Partai Golkar demi Pemilu 2024.

"Kemudian dengan bergabungnya Ridwan Kamil dalam infrastruktur Golkar, porsi dan kekuatan politik Golkar makin kuat, dampaknya tidak lain untuk meningkatkan elektoral partai juga," tuturnya.

Selain itu, menurut Ikhwan, kehadiran Ridwan Kamil akan mempengaruhi konstelasi bakal pasangan capres-cawapres 2024. Maka posisi Pilpres semua tergantung dari nominasi di internal KIB.

Penempatan Ridwan Kamil sebagai waketum juga tepat karena mantan Wali Kota Bandung itu adalah tokoh populer dan kandidat capres-cawapres. Kehadiran Emil diharapkan akan membuat Golkar bisa merebut suara di Jabar yang notabene daerah dengan jumlah suara terbesar di Indonesia.

Efek tersebut, kata dia, Golkar tidak mungkin dengan menempatkan Kang Emil sebagai kader biasa. "Nilai tawar Ridwan Kamil lebih tinggi dibandingkan sebagai kader biasa, tanpa masuk partai pun Ridwan Kamil mampu memaksimalkan kedudukannya sebagai gubernur," terang Ikhwan.

Akan tetapi, masuknya Ridwan Kamil, Golkar tidak berarti untung sepenuhnya. Ia melihat, Ridwan Kamil harus mulai sadar bahwa ia bukan lagi orang tanpa ikatan. Ridwan Kamil harus mengikuti aturan dan ketentuan partai sehingga pernyataan dia perlu dikontrol.

Di sisi lain, masuknya Emil berpotensi mengganggu moral internal partai. Ikhwan beralasan, beberapa kader mungkin kecewa karena Ridwan Kamil tidak melewati proses rekrutmen dan pengkaderan sebelum menduduki jabatan strategis.

Ikhwan tidak memungkiri ada potensi konflik internal setelah Ridwan Kamil masuk sebagai kader dan waketum partai beringin. Karena, Ridwan Kamil bergabung Golkar dengan akses politik yang istimewa, tanpa melalui rekrutmen politik dari kader biasa.

"Ini terkesan menghambat proses pencapaian politik kader lain, sehingga semakin besar partai, potensi konflik itu ada. Namun tergantung dari manajemen konflik internal yang dijalankan seperti apa," jelas Ikhwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement