REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG — Bupati Karawang, Jawa Barat, Cellica Nurrachadiana memastikan berjalannya percepatan penanganan kasus stunting di daerahnya. Ia mengharapkan kasus stunting di Kabupaten Karawang dapat terus menurun.
Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dirilis Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Kabupaten Karawang mengalami penurunan pada 2022, menjadi 14 persen. Adapun pada 2021 sebesar 20,6 persen.
“Bismillah, target lima persen di tahun 2023 akan terjadi penurunan kembali stunting di Kabupaten Karawang,” kata Bupati, lewat akun media sosial Instagram pribadinya.
Bupati mengatakan, program penurunan stunting merupakan salah satu prioritas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang. Terlebih sudah diinstruksikan Presiden dalam berbagai kesempatan. Untuk memastikan program ini berjalan, Bupati pun memonitor langsung ke lapangan.
Beberapa hari lalu, misalnya, Bupati mengunjungi wilayah Jatirasa, Karawang Barat, untuk memantau perkembangan anak yang didiagnosis mengalami stunting atau lambat tumbuh. Kondisi anak yang kini berusia 21 bulan itu awalnya terdeteksi berdasarkan laporan posyandu. Di mana ibunya pun mengalami anemia, serta kekurangan energi kronis.
Saat lahir, berat badan anak tersebut normal, hampir empat kilogram. Namun, seiring waktu, berat badannya terus menyusut. Anak tersebut kemudian mendapat intervensi Pos Gizi di Karangpawitan. “Kami terus melakukan pendampingan pada sang anak. Setiap bulan ada lima hari waktu intensif kami memberikan intervensi gizi,” kata Bupati.
Hasil intervensi itu disebut menunjukkan tren positif. Saat awal terdeteksi, berat anak tersebut tujuh kilogram. Setelah diintervensi Pos Gizi, berat badannya naik menjadi 8,2 kilogram. Bupati menilai, kondisi motorik anak pun terbilang baik. Ia merekomendasikan anak itu untuk ditangani dokter anak RSUD Karawang.
“Selain itu, kami juga memonitor asupan tablet penambah darah dan multivitamin bagi sang ibu, agar kejadian stunting tidak menurun lagi pada anaknya, mengingat sang ibu juga tengah mengandung lima bulan,” kata Bupati.
Di daerah yang sama, Bupati juga menemui anak yang kini berusia 18 bulan. Anak tersebut diduga kekurangan gizi. Menurut Bupati, anak tersebut lahir prematur dengan riwayat penyakit hernia. Berdasarkan deteksi tim posyandu, awalnya berat anak tersebut hanya 7,2 kilogram. “Langsung kami intervensi dan kini, saat ia berusia 18 bulan, sudah naik menjadi 8,5 kilogram,” kata Bupati.
Bupati menilai, secara umum tumbuh kembang anak tersebut sudah membaik. “Namun, tetap jadi sasaran Pos Gizi agar beratnya tidak turun kembali. Vitamin dan telur menjadi asupan wajib agar asupan gizinya terpenuhi,” ujar Bupati.