REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kasus pencurian listrik di Jawa Barat hingga saat ini masih marak. Bahkan, terjadi hampir di semua golongan pelanggan dan PLN berhasil mengembalikan potensi kerugian negara akibat pencurian tersebut hingga Rp 350 miliar sepanjang 2022.
"Kalau dilihat statistik datanya, angka pencurian di Jabar ini adalah yang tertinggi di wilayah Jawa Madura dan Bali. Jabar menempati posisi kedua setelah Jawa Tengah," ujar Senior Manager Distribusi PLN UID Jabar, Aji Lesmana kepada wartawan di Bandung, Senin petang (30/1/2023).
Aji menjelaskan, setiap 100 persen energi listrik yang disalurkan, PLN kehilangan atau terjadi penyusutan sekitar 6,5 persen. Tahun lalu, PLN berhasil menyelamatkan potensi kehilangan hingga Rp 350 miliar.
"Tahun ini, kami berusaha menekan potensi kehilangan listrik maksimal 5 persen," katanya.
Pencurian listrik, kata dia, hampir terjadi di semua golongan pelanggan, baik pelanggan subsidi hingga korporasi. Modusnya pun beragam. Di antaranya mengganti alat yang terdapat di meteran. Misalnya meteran subsidi mestinya 2 ampere, bisa menyedot listrik hingga 2.200 ampere.
"Artinya, dia telah menggunakan listrik dengan kapasitas besar, namun dengan harga listrik subsidi. Selisih harga inilah salah satu bentuk pencurian yang menyebabkan kerugian negara," katanya.
Selain itu, kata dia, modus lainnya misalnya menyambung kabel secara langsung (by pass) tanpa melewati meteran PLN. Pencurian model ini, sering ditemukan pada kasus rumah terbakar. Sistem by pass tersebut tidak aman bagi keselamatan penghuni dan pemilik rumah.
"Ini yang kami imbau terus kepada warga, sudahlah lebih baik membeli listrik dengan cara yang benar. Toh harganya sekarang lebih murah. Daripada mencuri tetapi rumah tidak aman hingga menyebabkan kebakaran, " paparnya.