Rabu 01 Feb 2023 10:35 WIB

Kebakaran di RSUD Bandung Kiwari Diduga Akibat AHU Overheat

Petugas masih melakukan pendinginan agar tidak muncul kembali titik api.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Wali Kota Bandung Yana Mulyana didampingi Kepala Diskar PB Kota Bandung Gun Gun Sumaryana dan Sekda Kota Bandung Ema Sumarna meninjau kebakaran di RSUD Bandung Kiwari, Rabu (1/2/2023).
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Wali Kota Bandung Yana Mulyana didampingi Kepala Diskar PB Kota Bandung Gun Gun Sumaryana dan Sekda Kota Bandung Ema Sumarna meninjau kebakaran di RSUD Bandung Kiwari, Rabu (1/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kebakaran yang terjadi pada ruang ICU lantai empat di RSUD Bandung Kiwari, Rabu (1/2/2023) pagi diduga disebabkan kerusakan pada air handling unit (AHU) atau alat pengatur udara. Alat tersebut diduga mengalami overheat atau terlalu panas.

"AHU yang terbakar," ujar Kepala Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung Gun Gun Sumaryana saat dikonfirmasi di lokasi kejadian.

Baca Juga

Dia mengatakan, api sudah berhasil dipadamkan menggunakan beberapa unit mobil pemadam. Petugas masih melakukan pendinginan agar tidak muncul kembali titik api.

Wali Kota Bandung Yana Mulyana memastikan, kebakaran di RSUD Bandung Kiwari sudah tertangani dengan baik. Seluruh pasien yang dievakuasi perlahan kembali dibawa ke dalam ruangan untuk mendapatkan perawatan.

"Pagi ini ada musibah kebakaran di RSUD Bandung Kiwari semua sudah tertangani, seluruh pasien sudah dievakuasi dan alhamdulillah tidak ada korban," ungkapnya.

Dia mengatakan, apabila kapasitas rumah sakit penuh maka, rumah sakit di sekitarnya siap melayani rujukan. "Alhamdulillah semua kebakaran sudah tertangani dan pasien sudah tertangani," katanya.

Dia mengatakan, objek yang terbakar yaitu alat pengatur udara. Asap yang sempat membesar membuat kepanikan namun beruntung sudah tertangani.

"Asap menimbulkan kepanikan, alhamdulillah sudah tertangani dicek area nggak ada potensi api lain," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement