REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Kota Sukabumi, Jawa Barat, rawan terdampak bencana gempa bumi, mengingat keberadaan sesar Cimandiri. Menghadapi potensi bencana ini, Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi mengajak masyarakat untuk ikut menguatkan langkah mitigasi.
Terlebih, ada bermacam potensi bencana lainnya. “Potensi bencana akan berulang, termasuk di dalamnya gempa,” kata Fahmi di Kota Sukabumi, Jumat (3/2/2023).
Karenanya, dalam berbagai kesempatan Fahmi menyampaikan kepada warga agar selalu waspada dan siap siaga menghadapi potensi bencana. Aparat di kewilayahan pun diimbau selalu siaga, serta mendorong kesiapsiagaan masyarakat. Misalnya, dengan melakukan edukasi kebencanaan atau kegiatan simulasi bencana.
Hal itu menjadi bagian dalam upaya mitigasi. Untuk mendorong hal itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi terus berupaya membangun Kelurahan Tangguh Bencana. “Di sinilah peran dari Kelurahan Tangguh Bencana di wilayah, bagian dari mendorong warga siaga hadapi bencana,” kata Fahmi.
Berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi, dari 33 kelurahan, sejauh ini baru terbentuk 17 Kelurahan Tangguh Bencana. Terakhir pada 2022 ada penambahan dua Kelurahan Tangguh Bencana, yakni Sindangsari dan Situmekar di Kecamatan Lembursitu.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami sebelumnya mengatakan, tahun ini BPBD Kota Sukabumi berencana menambah Kelurahan Tangguh Bencana. Menurut dia, direncanakan penambahan tiga Kelurahan Tangguh Bencana.
Zulkarnain menjelaskan, Kelurahan Tangguh Bencana ini merupakan kelurahan yang memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman atau potensi bencana di wilayahnya. Selain itu, mampu mengorganisasi sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan, sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana. Menurut dia, ketangguhan ini bersifat multidisiplin dan multisektoral.
Dalam upaya membangun Kelurahan Tangguh Bencana itu, Zulkarnain menekankan langkah mitigasi. “Langkah pertama dalam membangun Kelurahan Tangguh Bencana adalah mitigasi, yang merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana,” kata dia.
Dengan mitigasi, diharapkan potensi bencana bisa dicegah dan risiko dampak bencana dapat diminimalkan. Tahun lalu, berbagai bencana terjadi di wilayah Kota Sukabumi. Berdasarkan data BPBD Kota Sukabumi, terdata total 225 kejadian bencana pada 2022.
Dari 225 kasus bencana, sebanyak 80 di antaranya merupakan kejadian longsor. Terdata juga 60 kejadian cuaca ekstrem, 40 kejadian banjir, 34 kejadian kebakaran permukiman, empat kejadian angin puting beliung, lima kejadian gempa bumi, dan dua kejadian kebakaran transportasi.