REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Kondisi cuaca buruk dilaporkan terjadi di perairan selatan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Cuaca buruk membuat aktivitas melaut sejumlah nelayan di Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, tak optimal.
Menurut Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tasikmalaya Dedi Mulyadi, kondisi cuaca buruk dengan angin kencang sudah terjadi sekitar dua pekan. Karena kondisi cuaca buruk, kata dia, mayoritas nelayan tak berani melaut.
Namun, masih ada nelayan yang tetap melaut. “Bisa melaut, tapi tidak semua nelayan berani. Hanya sekitar 20-30 perahu,” kata Dedi, Jumat (24/2/2023).
Beberapa hari lalu, Dedi mengatakan, ada kejadian perahu nelayan tenggelam ketika disandarkan di Pelabuhan Pamayang. Tidak ada korban jiwa akibat kejadian itu. Hanya saja perahu nelayan tenggelam dan mesinnya mengalami kerusakan.
Saat kondisi cuaca normal, menurut Dedi, nelayan biasanya melaut mulai sore hingga pagi keesokan harinya. Sementara saat kondisi cuaca buruk, nelayan yang tetap melaut paling hanya sampai tengah malam.
Pasalnya, kebanyakan perahu nelayan berukuran kecil. “Kalau cuaca jelek, karena perahu masih dua GT (gross tonnage), tengah malam langsung pulang. Ada juga yang memaksakan sampai pagi, tapi tidak banyak,” kata Dedi.
Dedi mengatakan, kondisi cuaca buruk membuat penghasilan nelayan berkurang. Sebab, para nelayan tak bisa melaut secara optimal. “Nelayan juga takut melaut. Perahu kami kan kecil,” katanya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya mengeluarkan peringatan dini potensi gelombang tinggi di sejumlah wilayah perairan pada 24-25 Februari 2023.
Di perairan selatan wilayah Banten-Jawa Tengah, diperkirakan ada potensi gelombang dengan ketinggian sekitar 1,25-2,5 meter. BMKG meminta masyarakat waspada akan potensi gelombang tinggi.