Sabtu 18 Mar 2023 13:27 WIB

Puluhan Pemimpin Perempuan Hadiri Diskusi Bahas Kesetaraan dan Keadilan

Kenyamanan dan kemananan berekspresi bagi perempuan harus dibangun sejak dini.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Focus Group Discussion bertema
Foto: Istimewa
Focus Group Discussion bertema "Embrace Eguity" atau "Merangkul Keadilan" yang diinisiasi Rumpun Indonesia, Jumat petang (17/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perempuan, sejak dahulu dihadapkan dengan berbagai tantangan dan beban multi peran. Kesadaran akan pentingnya kesetaraan dan keadilan terutama bagi perempuan harus terus  perjuangkan. Pesan itu mengemuka dalam Focus Group Discussion bertema "Embrace Eguity" atau "Merangkul Keadilan" yang diinisiasi Rumpun Indonesia, Jumat petang (17/3/2023).

Kegiatan itu dihadiri 30 pemimpin perempuan yang terlibat dalam kegiatan berbasis seni budaya di Hari Perempuan Internasional, Bandung Ketuktiluan dan Merak Sadunya pada periode 2014-2022.

Menurut Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Jabar Febiyani, Pemprov Jabar mengapresiasi dan mendukung kegiatan Rumpun Indonesia yang terus berkomitmen dalam menguatkan eksistensi perempuan dalam berbagai bidang. Termasuk, keamanan perempuan dalam berekspresi di ruang publik.

"Namun tentu saja tidak cukup hanya keamanan melainkan juga bagaimana para pemangku kepentingan ini bersama secara kolaboratif mewujudkan pula kenyamanan bagi perempuan dalam berekspresi," katanya.

Febiyani menyadari, kenyamanan ini cukup kompleks. Karena tidak hanya bersifat eksternal melainkan juga internal dari diri individu. Feby menjelaskan, kenyamanan dan kemananan berekspresi bagi perempuan harus dibangun sejak dini mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 

"Hal ini tentu merupakan tanggung jawab kita semua karena outcome dari ini semua akan berkorelasi dengan beberapa capaian indikator Indeks Pembangunan Kebudayaaan," katanya.

Tujuan utama kegiatan ini, kata dia, adalah untuk berefleksi atas ekspresi perempuan di ruang publik, dengan harapan dapat mendukung terciptanya ruang ekspresi yang aman bagi perempuan. 

"Dalam kegiatan ini para peserta mendapatkan wawasan terbaru mengenai perlindungan ekspresi perempuan di ruang publik. Terfasilitasi untuk mengevaluasi ruang ekspresi yang telah ada dan memberikan masukan untuk perbaikan terciptanya ruang ekspresi yang aman bagi perempuan," katanya. 

Sementara menurut Ketua Pengurus Rumpun Indonesia Permata Andhika Rahardja, kontribusi perempuan sangat vital di tahun politik. Andhika pun menekankan pentingnya pengetahuan tentang politik bagi perempuan.

Karena, kata dia, suara perempuan akan menentukan tercapainya hak mereka dalam melahirkan nilai-nilai keadilan.

"Kalau ngomong tahun politik itu yang harus dikejar. Cara mendapat haknya seperti apa, karena kalau melihat dari kebijakan masih ada yang belum adil kalau dilihat secara inklusif," katanya.

Suara perempuan, kata dia, cenderung hanya diburu dan dibutuhkan hanya di tahun politik. Setelah kontestasi usai, suara serta aspirasi perempuan kerap kali menguap begitu saja.

"Tahun politik itu berat karena dari catatan sebelumnya yang banyak dikejar adalah suara perempuan atau tanda petik ibu-ibu. Bagaimana caranya ibu-ibu memilih satu kandidat agar keluarganya juga ikut," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement