Selasa 09 May 2023 07:56 WIB

Jalur Sekitar Istana Bogor Kembali Diberlakukan Dua Arah

Pengguna jalan dialihkan dengan mengikuti rekayasa lalin yang sudah diskenariokan.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus Yulianto
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.
Foto: Republika/Haura Hafizhah
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Bogor sepakat kembali mengubah rekayasa lalu lintas di Kota Bogor, imbas dari penutupan Jembatan Otista sejak 1 Mei 2023. Setelah mendengar aspirasi warga dan melakukan evaluasi, disepakati jalur sistem satu arah (SSA) atau di sekitar Istana Bogor kembali diberlakukan dua arah.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, jalur SSA akan diberlakukan dua arah mulai Selasa (9/5/2023) pukul 21.00 WIB. Mulai Rabu (8/5/2023), Forkopimda Kota Bogor menyiapkan berbagai sarana dan prasarana seperti water barrier, penghilangan separator atau pulau jalan, dan penambahan lampu lalu lintas di daerah Kapten Muslihat.

“Malam ini kami sampaikan, akan diberlakukan rekayasa lalu lintas dengan kembali memberlakukan dua arah di beberapa titik jalur SSA,” kata Bima Arya di Balai Kota Bogor, Rabu (8/5/2023) malam.

Bima Arya menyebutkan, titik yang akan menjadi dua arah yakni dari Jalan Jalak Harupat atau sekitar Lapangan Sempur menuju Jalan Ir H Juanda. Kemudian kendaraan dari Jalan Ir H Juanda menuju kawasan Empang bisa berputar sebelum Jembatan Otista yang sedang dalam pembangunan.

Kemudian, kendaraan dari arah Jalan Ir H Juanda harus belom ke kiri ke arah Jalan Sudirman sebelum kembali memasuki Jalan Jalak Harupat. “Jadi pada intinya, skenario dua arah ini akan banyak menekankan perputaran ke kiri, menekuk ke kiri. Secara detail distribusi ini akan disebarkan mulai malam ini juga agar warga bisa memahami itu dan menyesuaikan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Bima Arya menegaskan, perubahan rekayasa lalu lintas ini merupakan jawaban dari Forkopimda Kota Bogor atas aspirasi dari warga, yang meminta agar Jalur SSA diberlakukan kembali dua arah.

Di samping itu, dari laporan yang diterimanya dari para Camat, ada dampak ekonomi yang cukup signifikan dan juga biaya transportasi yang melonjak karena bahan bakar ongkos yang membengkak. Misalnya, pedagang di kawasan pecinan Suryakencana menjadi sepi pembeli karena tidak banyak warga yang tahu bahwa jalur tersebut bisa dilalui.

“Kami mendengar betul masukan dari warga, kami mengevaluasi. Jadi intinya pertimbangan kami adalah untuk menyingkat waktu tempuh, mengurangi dampak ekonomi, dan menggerakkan kembali roda perekonomian,” ucapnya.

Kendati demikian, menurut Bima Arya, konsep ini akan terus dianalisa di lapangan terkait dengan perlaksanaannya dan akan terus disempurnakan hingga pembangunan Jembatan Otista selesai. Sehingga, sangat mungkin pada pelaksanaannya akan ada penyesuaian-penyesuaian.

“Tetapi kita pastikan semaksimal mungkin akan kita tempatkan petugas di lapangan untuk mensosialisasikan dan mengawal pelaksanaan ini,” pungkasnya.

Diketahui, seiring dengan pembongkaran dan pembangunan Jembatan Otista, akses Jalan Otista, Kota Bogor ditutup sehingga tidak bisa lagi dilintasi oleh semua jenis kendaraan maupun pejalan kaki hingga Desember 2023. Setelah akses jalan penghubung Tugu Kujang dan Suryakencana itu ditutup, selanjutnya pengguna jalan dialihkan dengan mengikuti rekayasa lalu lintas yang sudah diskenariokan dan disosialisasikan kepada masyarakat.

Penutupan Jalan Otista dilakukan dengan aktivasi traffic light atau lampu pengatur lalu lintas di simpang Tugu Kujang pada Senin (1/5/2023) malam. Sehingga kendaraan yang semula dari arah Terminal Baranangsiang masuk ke Jalan Otista, saat ini diluruskan menuju Jalan Pajajaran arah Jambu Dua menjadi dua arah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement