REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Kawasan mangrove di Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menjadi sumber bagi pelaku UMKM setempat untuk membuat produk kuliner. Hal itu ditunjukkan UMKM Kebaya Muaragembong yang sudah menghasilkan bermacam produk makanan ataupun minuman.
Ketua UMKM Kebaya Muaragembong, Alfiah, mengatakan, ide tersebut sudah muncul sejak sekitar 2013. Berawal dari inisiatif warga sekitar saat menggali potensi sumber daya alam di kawasan pesisir. “Jadi, selain berfungsi sebagai green belt dari ancaman abrasi, mangrove juga bisa diolah menjadi makanan dan minuman,” ujar Alfiah, Ahad (25/6/2023).
Alfiah bersama ibu-ibu di Desa Pantai Bahagia, Muaragembong, sudah menghasilkan sejumlah produk. Ia mencontohkan, dari olahan daun tanaman jenis cylindrica dan avicennia dihasilkan produk penganan kerupuk, stik, serta peyek.
Kemudian dari olahan buah tanaman jenis Sonneratia caseolaris bisa dihasilkan produk berupa dodol dan sirup.
Menurut Alfiah, ada juga buah tanaman yang bisa diolah menjadi bahan pewarna. “Bisa jadi pewarna alam untuk batik, yakni jenis khusus Rhizophora mucronata,” kata dia.
Alfiah mengatakan, produk kuliner dari olahan tanaman di kawasan mangrove ini menjadi produk andalan di Desa Pantai Bahagia dan menjadi sumber penghasilan bagi warga. Diharapkan produk tersebut bisa menjadi oleh-oleh khas daerah dan dipasarkan lebih luas.
Untuk itu, Alfiah berharap dukungan dari jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi untuk mengenalkan produk-produk tersebut. “Mudah-mudahan UMKM kami ini bisa kontinu memproduksi olahan mangrove setiap hari, kemudian memasarkan ke pangsa pasar yang lebih luas lagi,” ujarnya.
Menurut Alfiah, UMKM Kebaya juga berkomitmen untuk menjaga kawasan mangrove di Muaragembong. “Selain bisa meminimalisasi abrasi, sekaligus menyelamatkan lingkungan tempat tinggal untuk anak cucu kami nanti,” katanya.