Kamis 10 Aug 2023 05:05 WIB

Suara Petani Garam di Cirebon dan Indramayu: Harga Terjun Bebas

Harga garam disebut terus menurun sampai mencapai sekitar Rp 800 per kilogram.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Irfan Fitrat
Garam hasil panen petani di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Foto: Dok Republika
Garam hasil panen petani di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON — Harga garam di tingkat petani wilayah Kabupaten Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat, dikabarkan terus menurun. Anjloknya harga garam yang baru dipanen membuat pusing petani.

Seperti dikeluhkan Ismail, salah seorang petani garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. Ia menjelaskan, harga garam pada Mei 2023 sempat berkisar Rp 4.000-5.000 per kilogram di tingkat petani. Namun, harga tersebut hanya bisa dinikmati segelintir petani garam yang panen terlebih dahulu.

Baca Juga

“Waktu itu paling ada satu atau dua petani garam yang sempat menikmati harga tinggi, walaupun hasil produksinya juga minim. Tapi, setelah itu, panen garam gagal terus karena masih turun hujan,” kata Ismail kepada Republika, Rabu (9/8/2023).

Setelah masuk musim kemarau, Ismail mengatakan, para petani garam di daerahnya mulai kembali memproduksi garam. Namun, saat panen, harga garam malah terus-menerus menurun.

Menurut Ismail, saat masa panen pertama beberapa pekan lalu, garamnya hanya dihargai Rp 1.650 per kilogram. Hasil panen berikutnya dihargai Rp 1.400 per kilogram. Kemudian menjadi Rp 1.200 per kilogram. “Terakhir saya panen empat hari yang lalu, harga garam hanya Rp 800 per kilogram,” katanya.

Bahkan, menurut Ismail, garam milik petani garam yang lokasinya jauh dari jalan raya dihargai lebih rendah lagi, sekitar Rp 500 per kilogram.

Ismail mengatakan, para petani garam di daerahnya juga sempat kesulitan menjual hasil panen kepada penimbang, sepekan yang lalu. Pasalnya, kata dia, semua penimbang kompak melakukan aksi mogok dengan tidak menyerap garam milik petani. “Ini siasat penimbang untuk mematok harga garam lebih rendah lagi,” kata dia.

Menurut Ismail, tindakan yang dilakukan penimbang itu dikarenakan harga garam dari luar wilayah Cirebon, seperti Rembang dan Madura, lebih murah lagi. Karena itu, penimbang juga menghendaki agar garam produksi petani di Cirebon dihargai murah. “Petani garam akhirnya tidak punya pilihan lain kecuali menjual garamnya dengan harga rendah karena urusannya kan perut,” ujar dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement