Jumat 25 Aug 2023 11:01 WIB

Pengelolaan Sampah di Garut Masih Minim, Masyarakat Diajak Berpartisipasi 

Masyarakat yang belum sepenuhnya sadar akan pentingnya pemilahan sampah.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Agus Yulianto
Alat pengelolaan sampah Ember Tumpuk yang digunakan untuk mengolah sampah organik sampah dapu.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Alat pengelolaan sampah Ember Tumpuk yang digunakan untuk mengolah sampah organik sampah dapu.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Garut menilai pengelolaan sampah di wilayahnya masih belum optimal. Saat ini, masih masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya sadar akan pentingnya pemilahan antara sampah organik dan anorganik.

Kepala Dinas LH Kabupaten Garut Jujun Juansyah mengatakan, pengelolaan sampah yang belum maksimal itu mengakibatkan ketergantungan yang besar pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Bajing. Menurut dia, solusi terbaik untuk mengatasi masalah itu adalah melibatkan masyarakat dalam upaya pemilahan sampah sejak tingkat rumah tangga, agar jumlah sampah yang berakhir di TPA dapat dikurangi. 

"Sekarang fakta lapangan, mereka pertama masih mencampur antara organik anorganik. Yang kedua juga mereka masih membuang sampahnya masih sembarangan gitu ya, ada yang ke sungai, ada yang di jalan, padahal kita juga sudah menyediakan bak-bak sampah," kata dia melalui keterangan pers, Kamis (24/8/2023).

Jujun menjelaskan, sampah organik harusnya bisa diolah menjadi kompos maupun jadi media pakan magot. Sementara sampah anorganik dapat diidentifikasi untuk nilai ekonomi atau diolah melalui bank sampah. Karena itu, ia menilai, pengelolaan sampah ini harus mulai ditumbuhkan di kalangan masyarakat. 

Dia menambahkan, pengurangan sampah melalui pembakaran sampah sembarangan telah dilarang oleh pemerintah. Aturan itu tertuang dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, karena dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

"Karenanya, kami harapkan bahwa untuk ke depannya, bahwa untuk pengelolaan sampah ini tidak ada lagi untuk dilakukan pembakaran, dan saya harapkan kepada masyarakat untuk bisa lakukan upaya tadi pemilahan sampah," ujar Jujun.

Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pengelolaan sampah, Jujun menjelaskan, pihaknya telah merancang program edukasi mulai tahun ini. Program itu akan melibatkan fasilitator di 19 RW sebagai pilot project, dengan harapan konsep ini dapat diterapkan lebih luas ke depannya.

"Ini bisa direplikasi untuk RW-RW yang lain, bagaimana permasalahannya yang ada di RW yang memang kami jadikan pilot project itu menjadi satu percontohan yang akan menjadi bagian dari solusi untuk apabila program ini direplikasi di RW atau desa lainnya seperti itu," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement