REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Cerita jatuh bangun UMKM dalam berbisnis, kali ini datang dari pembuat baju rajut asal Bandung. Yakni, bernama Wendi Paisal, pemilik toko online Indah Fashion 26 yang bisa merambah pasar internasional melalui program Ekspor Shopee.
Wendi akhirnya menjadi bukti nyata bahwa digitalisasi efektif dalam mengembangkan bisnis. Padahal awalnya, menurut Wendi, dirinya berjualan dengan modal seadanya.
Namun, menurut Wendi, dengan menjual produk fesyen wanita, dia berhasil mendapatkan omzet ratusan juta. Selain itu, Wendi juga memberdayakan puluhan warga di sekitar rumahnya, untuk memproduksi sweater dan pakaian rajut yang berhasil diekspor hingga Singapura dan Malaysia.
Dulunya, Wendi merupakan supplier pakaian rajut. Sayangnya, usaha tersebut tidak menguntungkan karena persaingan harga yang terlalu ketat. Wendi pun, tidak bisa bersaing dengan para reseller lainnya hingga omzetnya turun drastis.
Wendi, kemudian mengalami masa sulit. Ia pun, memutuskan untuk menjual produknya sendiri tak menjadi suplier lagi. Yakni, dengan bermodalkan keyakinan dan uang sebesar Rp 1 juta dari hasil menggadaikan perhiasan emas sang istri, pria asal Bandung ini mendirikan toko bernama Indah Fashion 26 di Shopee.
Wendi lantas mempelajari strategi pemasaran dari berbagai sumber salah satunya, Kampus UMKM Shopee Ekspor Bandung. Melalui materi yang diberikan, Wendi mampu memaksimalkan fitur iklan Shopee yang dapat membantu mengoptimalkan performa toko.
Hasilnya, toko Indah Fashion 26 selalu ada order mampu melayani 450 pesanan dalam satu hari. Omzet penjualan Indah Fashion 26 juga melesat hingga 60 persen dan mendapat followers sampai lebih dari 60.000. Pria asal Buah Batu, Bandung ini
Bagi Wendi, tidak hanya peningkatan omzet yang penting, melainkan keberhasilannya menarik perhatian pembeli dari Malaysia dan Singapura melalui Program Ekspor Shopee.
“Program ini sangat membantu sekali untuk saya bisa memperluas penjualan produk dan membantu meningkatkan penjualan," kata Wendi dalam keterangannya, Jumat (25/8/2023).
Menurut Wendi, banyak UMKM seperti dirinya yang beranggapan untuk mencapai pasar ekspor harus mempunyai produk yang berstandar tinggi dan sangat baik. Bahkan, tak sedikit juga yang menyebut harus memiliki tingkat detail produk yang baik, hingga memiliki perizinan penjualan ekspor produk. Serta, harus memenuhi kuantitas tertentu dengan kontainer.
“Selain itu ada juga pemikiran, memangnya kalau ekspor siapa yang mau beli produk saya? Ternyata stigma tersebut tidak saya alami karena telah berhasil ekspor hingga ke Malaysia dan Singapura melalui Program Ekspor Shopee,” papar Wendi.
Sejauh ini, kata dia, dirinya tidak pernah mengalami mekanisme yang sulit. Apalagi, produk yang dijualnya kini bisa bersifat eceran.
Sementara menurut Tim Shopee Ekspor Bandung, Alvian Arasi, para UMKM yang mengikuti program Ekspor Shopee telah melalui tahapan pelatihan. Setidaknya ada sembilan tahapan modul yang dilewati UMKM hingga akhirnya berjualan di Shopee.
"Ekspor Shopee sebenarnya cukup mudah, membantu juga ke penjualnya. Jadi Shopee mengajak bukan hanya pasar Indonesia, tapi pasar luar negeri untuk ekspornya. Jadi bakalan terbantu sekali untuk para penjual, seller ketika join ke ekspor Shopee, karena pengaplikasiannya yang sangat mudah," kata Alvian.
Adapun jangkauan dari program Ekspor Shopee ini di antaranya Malaysia, Singapura, Thailand, Kolombia, Filipina, Chili, Brazil dan Meksiko. Tercatat ada tiga kategori yang diekspor mulai fesyen, kraft dan makanan.