Senin 30 Oct 2023 07:58 WIB

Kasus Cacar Monyet Bertambah, Kemenkes Sebut Ada Temuan di Bandung

Total terdata 21 kasus positif cacar monyet di Indonesia.

Rep: Antara/Dea Alvi Soraya/ Red: Irfan Fitrat
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi.
Foto: Dok Kemenkes
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kasus penyakit cacar monyet (monkeypox) di Indonesia masih bertambah. Selain di DKI Jakarta, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan ada temuan kasus cacar monyet di Bandung, Jawa Barat.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, per 29 Oktober 2023, terdata 21 kasus terkonfirmasi positif cacar monyet. “Selain dari Jakarta dan Tangerang Selatan, ada temuan satu kasus di Bandung,” kata Nadia, saat dikonfirmasi, Ahad (29/10/2023). 

Baca Juga

Nadia belum memberikan penjelasan soal temuan kasus cacar monyet di Bandung, termasuk mengenai kondisi pasien. Menurut dia, hasil penelusuran kontak erat dari 21 kasus itu seluruhnya masih dinyatakan negatif. “Hasil kontak masih negatif,” ujar dia.

Sejumlah daerah di Provinsi Jawa Barat mewaspadai potensi penyebaran penyakit cacar monyet setelah adanya kasus di Jakarta. Salah satunya Kota Bandung.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Anhar Hadian sebelumnya mengatakan, hingga Kamis (26/10/2023), belum ada laporan kasus cacar monyet di Kota Bandung. Namun, kata dia, karena mobilitas warga Jakarta-Bandung relatif mudah, mesti tetap diwaspadai potensi penyebaran penyakit itu.

“Kalau potensi penyebaran ke Kota Bandung, tentu saja tetap ada. Apalagi sarana transportasi Jakarta-Bandung kan sekarang sangat mudah,” kata Anhar, Kamis.

Warga yang mengalami gejala seperti terpapar cacar monyet diminta segera memeriksakan diri sehingga dapat lekas ditangani. “Apabila ada penderita dengan gejala mirip monkeypox, segera laporkan kepada kami dan periksakan ke rumah sakit. Karena, meskipun case fatality rate, angka kematiannya rendah, tapi ini penyakit baru yang kita harus antisipasi sebaik mungkin,” kata Anhar.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement