Kamis 02 Nov 2023 16:25 WIB

Pekerja Renovasi Atap Masjid Gedung Sate Patah Kaki, Jatuh dari Ketinggian

Saat bekerja di ketinggian, korban yang tidak memakai alat pengaman diri.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Petugas membersihkan serambi Masjid Al-Muttaqien sebelum masuk waktu Zuhur, di kompleks Gedung Sate, Kota Bandung.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petugas membersihkan serambi Masjid Al-Muttaqien sebelum masuk waktu Zuhur, di kompleks Gedung Sate, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Poses renovasi atap Masjid At-Muttaqien di Komplek Gedung Sate, Bandung, Kamis (2/11/2023), memakan korban. Juan, salah seorang pekerja jatuh dari ketinggian lebih dari 7 meter saat melakukan renovasi area atap masjid. Insiden ini menyebabkan Juan mengalami patah kaki kanan. 

Insiden yang terjadi sekitar pukul 09.57 tersebut mengejutkan ASN dan warga. "Kaget, pas mau sholat duha di Masjid jatuh dari atas nobros plafon, langsung dikerubung satpam sama teman pekerjanya," ujar salah seorang saksi mata, Dedi.

Menurut Dedi, korban langsung pingsan dan saat dicek kaki kanan pekerja CV Bumi Besemah Sentosa yang dikontrak Sub Bagian Rumah Tangga Setda Provinsi Jabar tersebut patah. 

"Kepala sama badannya kurang tahu, kakinya patah, jatuhnya tinggi, tadi saya nggak tega lihatnya banyak darah," katanya.

Korban yang tidak memakai alat pengaman diri (APD) tersebut langsung dibawa ke rumah sakit dan sisa pekerjaan dihentikan. Sementara para pekerja renovasi atap diminta untuk pulang.

Menanggapi hal ini, Kasubag Rumah Tangga Biro Umum Setda Jabar Ovie Atika yang membawahi proyek renovasi tersebut membantah kejadian ini karena pihaknya mengabaikan prosedur K3.

"Kalau misalkan K3 antisipasi, kami sudah jelaskan ya. Kedua, kami sudah bicara tentang tenaga K3 untuk setiap pekerjaan dan ada pengawas. Itu sudah kami sampaikan juga diawal," katanya ketika dihubungi media.

Ovie berdalih kejadian di lapangan diluar kekuasaanya sebagai penanggung jawab proyek. Menurutnya pihaknya tidak bisa mengawasi pekerja setiap saat karena sudah ada mandor atau pengawas.

"Terkait ada kejadian di lapangan, itu sebenarnya di luar kuasa kami untuk memperingatkan setiap menit, setiap detik. Cuma kondisi di lapangan, saya juga tidak bisa ngecek setiap hari karena ada temen-temen pengawas," katanya.

Menurut Ovie, penerapan K3 sudah dilakukan meski tidak hapal pasti. Ovie juga mengaku korban bukan tengah bekerja melainkan sedang masuk dalam jam istirahat. 

"Setahu saya sudah cuma saya tadi melihat kondisi yang sakit kena ini,  karena kan mereka itu di luar jam kerja," katanya.

Menurutnya jam kerja pekerja proyek berbeda dengan jam kerja pegawai pada umumnya. Ovie menuturkan dalam pekerjaan tersebut ada pekerja yang istirahat, ada yang bertugas belanja material.

Korban, kata dia, ketika di atas berupaya mengambil sesuatu namun kemungkinan tersandung atau penyebab lain. "Tiba-tiba kesandung atau apa, kurang pasti sih jawabannya, karena kan bukan saya yang ngejalanin ya," katanya.

Ovie mengatakan, kembali membantah insiden terjadi saat korban tengah bekerja melakukan pergantian atap gedung Masjid At Muttaqien. 

"Jatuh mah benar, cuman kondisinya dalam kondisi mereka emang sudah di jam istirahat," katanya.

Ovie juga membantah jika pihaknya mengabaikan prosedur K3 dalam proyek pergantian atap tersebut dan tidak melakukan pencegahan.

"Enggak, itu jam istirahat mereka gitu. Kalau misalnya kita kecelakaan di jalan pun harusnya bisa dicegah ya. Cuma namanya kecelakaan kan satu hal yang sifatnya kita tidak tahu apa yang akan terjadi ya," katanya.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement