Ahad 26 Nov 2023 17:19 WIB

Puluhan Ribu Nyamuk Wolbachia Sudah Disebar di Bandung, Ini Penjelasan Kadinkes

Pemerintah pastikan nyamuk wolbachia aman

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung memeriksa ember berisi pakan dan telur nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia di Kantor Dinkes Kota Bandung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/11/2023). Pemerintah Kota Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypty guna menekan kasus DBD di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan satu dari lima kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD berbasis teknologi wolbachia.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung memeriksa ember berisi pakan dan telur nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia di Kantor Dinkes Kota Bandung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/11/2023). Pemerintah Kota Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypty guna menekan kasus DBD di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan satu dari lima kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD berbasis teknologi wolbachia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Untuk menekan kasus DBD di Kota Bandung, Pemerintah Kota Bandung tengah mengimplementasikan inovasi Program Nyamuk Wolbachia di Kecamatan Ujungberung. 

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bandung Anhar Hadian mengatakan, program nyamuk wolbachia ini diharapkan akan menjadi salah satu upaya menekan kasus DBD di Kota Bandung. 

Baca Juga

"Program Wolbachia ini, untuk mencegah terjadi peningkatan kasus DBD di Kota Bandung," kata Anhar, Sabtu (25/11/2023). 

Anhar menilai, program nyamuk wolbachia ini terbukti efektif menurunkan tingkat DBD di beberapa wilayah. Kota pertama yang mengimplementasikan inovasi ini adalah Yogyakarta. Dari penelitian dan implementasi wolbachia di sana, kasus DBD bisa turun sampai 70 persen.  

"Kami bersama dengan Kemenkes, UGM dan pihak terkait evaluasi terkait program nyamuk wolbachia. Peneliti dari UGM, Prof Adi Utari yang meneliti terkait nyamuk wolbachia sejak 12 tahun yang lalu,” ujarnya.   

“Kemudian diujicobakan dan diimplementasikan di dua kota di Yogyakarta ternyata tingkat keberhasilannya luar biasa tingkat DBD-nya turun 70 persen, permintaan foging di masyarakat turun 84 persen," kata Anhar. 

Lebih lanjut, Anhar memastikan, Kemenkes telah membentuk tim analisis risiko dan hasilnya dinyatakan aman dan berhasil. Anhar menuturkan, masyarakat tidak perlu khawatir karena program nyamuk wolbachia ini telah teruji. Dari hasil analisis risiko yang dilakukan, program ini terbukti aman sampai 30 tahun mendatang. 

"Kemenkes juga membentuk tim analisis risiko yang digawangi 24 profesor dari berbagai universitas dan berbagai keilmuan, hasilnya program nyamuk wolbachia dinyatakan aman dan telah diterapkan di 14 negara," ujarnya. 

"Analisis risiko yang dilakukan Prof Damayanti Bukhori beserta Kemenkes menyebutkan sampai 30 tahun kemudian program ini aman. Kami berkeyakinan program nyamuk wolbachia ini aman dan di harapankan menurunkan kasus DBD," katanya. 

Saat ini, telur wolbacia sudah disebar di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujungberung telah mencapai 123 ribu-154 ribu telur yang ditempatkan dalam 308 ember. Nantinya, program ini akan melewati beberapa fase. Yakni, fase penyebaran nyamuk berlangsung selama 6 bulan, lalu fase dampaknya sekitar 1 sampai 2 tahun kemudian. 

Program ini, kata Anhar diharapkan dapat menekan kasus DBD di Kota Bandung. Meski begitu, implementasi wolbachia ini bukan berarti menggantikan seluruh upaya pencegahan DBD yang ada. Langkah-langkah sebelumnya akan tetap dijalankan, seperti 3M (menguras, menutup, dan mengubur), fogging sesuai indikasi, dan Gerakan Satu Rumah Satu Juru Jumantik. 

"Kalau memang ini bisa diterapkan secara merata, harapannya angka kasus bisa turun karena virus dengue sudah tidak ada. Lalu, fogging juga bisa berkurang, sehingga dananya bisa dialihkan ke hal lain yang lebih penting," katanya. 

Hoaks Wolbachia ...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement