Selasa 28 Nov 2023 15:45 WIB

Psikolog Unisba Berikan Kuliah Umum tentang Kesehatan Mental ke PPI Turki

Rindu pulang kampung masalah umum yang dihadapi mahasiswa Indonesia di luar negeri.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Pelajar Indonesia yang berkuliah di Turki ikuti kuliah umum yang mengangkat tema
Foto: dok. Republika
Pelajar Indonesia yang berkuliah di Turki ikuti kuliah umum yang mengangkat tema

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pusat Kajian Asia Pasifik dan Timur Tengah (PESAT) di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Bandung (Unisba) bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Turkiye menggelar Kuliah Umum. Kajian kali ini mengangkat tema 'Adaptasi Budaya dan Kesehatan Mental: Menavigasi Tantangan di Luar Negeri'.

Menurut Ketua LPPM UNISBA Neni Sri Imaniyati, kajian ini dilaksanakan untuk membahas mengenai kemampuan mahasiswa Indonesia di Turki. Agar, dapat beradaptasi dengan budaya setempat. Selain itu, dibahas di dalamnya urgensi menjaga kesehatan mental dalam upaya mendapat kehidupan yang aman dan nyaman di luar negeri sehingga mampu berprestasi dalam dunia akademik.

"Tujuan dilaksanakannya kuliah umum ini adalah untuk membangun kesadaran mahasiswa Indonesia di Turki yang tergabung dalam PPI tentang kesehatan, baik fisik maupun mental," ujar Neni, Senin (27/11/2023).

Neni berharap, dengan kuliah umum ini, mahasiswa pun mampu beradaptasi dengan lingkungan di luar negeri yang sangat jauh berbeda dengan lingkungan di Indonesia. Baik dari segi budaya, bahasa, dan kompetisi di dunia pendidikan.

"Kami sangat siap membantu dan mendukung kebutuhan mahasiswa Indonesia di Turki dari segi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, salah satunya dalam melaksanakan kuliah umum bagi para mahasiswa Indonesia di Turki. 

Unisba, kata dia, memiliki 33 prodi dan 10 fakultas dengan dosen dan peneliti yang pakar di bidangnya masing-masing, siap membantu dan mendukung kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh PPI Turki.

Narasumber yang hadir dalam webinar kali ini ialah Dr Yuli Aslamawati, MPd Psikolog, dosen Fakultas Psikologi Unisba. Yuli mengatakan, terdapat masalah umum yang biasa dihadapi oleh mahasiswa Indonesia yang sedang melaksanakan studi di luar negeri.

D antaranya, kata dia, adalah rindu kampung halaman, permasalahan bahasa, karena terdapat perbedaan antara bahasa baku yang biasa dipelajari di kelas dan bahasa “gaul” yang digunakan sehari-hari. Serta culture shock, yaitu perubahan budaya yang tiba-tiba. Mulai dari makanan, kebiasaan, ritual, cara berpakaian, transportasi, dan gaya berbicara, merasa takut dan khawatir tertinggal dalam studi, dan krisis keuangan.

Untuk dapat menangani berbagai masalah tadi, kata dia, setiap mahasiswa harus memliki daya 'resilience' yaitu sebuah proses, kapasitas, atau hasil adaptasi individu yang berhasil menghadapi suatu tantangan atau keadaan yang mengancam. Resilience yang dibutuhkan oleh para mahasiswa Indonesia di Turkiye adalah resilience akademik. 

Yuli pun memberikan beberapa tip dan kiat agar mampu memiliki daya resiliensi di bidang akademik. Yakni pertama, harus difahami bahwa culture shock dapat menyebabkan frustasi, anxiety, dan homesick, sehingga setiap orang harus memiliki tempat dan teman untuk berbagi. 

Kedua, kata dia, tetap aktif dan menyibukkan diri secara proporsional dalam kelompok atau sendiri. Ketiga, perlu terhubung dengan orang-orang terutama dengan sesame mahasiswa yang merasakan hal yang sama dan memperluas pertemanan di lingkungan yang baru, 

Keempat, kata dia, mengatasi kendala bahasa dengan terus berusaha berada di lingkungan pertemanan untuk membiasakan diri mengenal dan memahami penerapan frasa slang yang popular.

"Terakhir, mengatur ekspektasi prestasi akademik," katanya.

Mahasiswa Indonesia yang studi di Luar Negeri, kata dia, merupakan aset Bangsa yang sangat dinantikan peran dan kiprahnya di masyarakat, ilmu dan pengalaman yang di dapat di luar negeri sangat dibutuhkan untuk kemajuan dan kemakmuran kehidupan Bangsa.

Oleh karena besarnya harapan yang dipikul oleh mahasiswa Indonesia di Luar Negeri, kata dia, maka mereka harus merasa aman dan nyaman saat melaksanakan studi. 

"Sehingga mereka mampu membekali dirinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang akan bermanfaat bagi nusa dan bangsa," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement