Kamis 14 Dec 2023 14:15 WIB

Pemkot Bandung Masih Jajaki Alternatif TPA Sarimukti

Salah satu yang dijajaki pemanfaatan TPA sampah di Garut.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Irfan Fitrat
Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono meninjau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Gedebage, Rabu (13/12/2023).
Foto: Republika/Dea Alvi Soraya
Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono meninjau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Gedebage, Rabu (13/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat, masih menjajaki kerja sama pemanfaatan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di daerah lain. Hal itu sebagai opsi TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat, yang selama ini menampung sampah dari Kota Bandung dan sejumlah daerah di Bandung Raya.

Pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti dibatasi setelah kejadian kebakaran beberapa waktu lalu. Adapun Kota Bandung sampai Desember ini masih dalam status darurat sampah. Pemkot Bandung sebelumnya sempat mengkaji pemanfaatan lahan atau TPA di Kabupaten Sumedang. Kemudian muncul wacana juga TPA di Kabupaten Garut.

Baca Juga

Ihwal TPA di Garut, Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono mengatakan, sampai saat ini masih penjajakan. “Kita coba lakukan penjajakan kerja sama,” kata dia, Rabu (13/12/2023).

Menurut Bambang, pihaknya tidak hanya menjajaki kerja sama pemanfaatan TPA di Garut untuk menampung sampah dari Kota Bandung. Penjajakan juga dilakukan dengan sejumlah daerah lainnya. “Mohon doanya, mudah-mudahan itu bisa dijadikan salah satu alternatif TPA Sarimukti,” ujar Bambang.

Jika kerja sama itu terealisasi, Bambang mengatakan, Pemkot Bandung akan memberikan kompensasi kepada pihak yang mengelola sampah kiriman dari Kota Bandung. Sebagaimana juga ketika sampah dibuang ke TPA Sarimukti.

“Kita membuang sampah ke Sarimukti itu kan ada cost yang dikeluarkan. Tentunya begitu juga sama kalau misalkan kita membuang ke TPA Garut, ada kompensasi di situ,” kata Bambang.

Selain mengkaji TPA alternatif, berbagai upaya dilakukan Pemkot Bandung untuk mengolah sampah. Seperti membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Gedebage. TPST tersebut mulai dioperasikan, di antaranya untuk mengolah sampah organik, dengan memanfaatkan maggot atau larva lalat tentara hitam.

“Pemerintah kota terus berupaya mencari solusi tentang penanganan sampah, salah satunya TPST Gedebage ini. Walaupun sifatnya kesementaraan, tapi di sini kita proyeksikan mampu mengolah 60 ton sampah yang tercampur, yang diolah sedemikian rupa, dan bisa menjadi yang luar biasa nilainya,” kata Bambang, saat meninjau TPST Gedebage, Rabu (13/12/2023).

Tak hanya itu. Menurut Bambang, Kawasan Bebas Sampah (KBS) tingkat RW di Kota Bandung pun terus meningkat. Saat ini disebut sudah ada 278 RW KBS. Ia mengapresiasi peran serta masyarakat dalam upaya pengolahan sampah ini. “Di masyarakat ini ternyata sudah cukup bagus. Di Kota Bandung paling tidak ada 278 level RW untuk menjadi KBS. Jadi, bagaimana sampah per RW itu betul-betul habis,” kata dia.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, Bambang optimistis masalah darurat sampah di Kota Bandung bisa teratasi. “Mudah-mudahan kedaruratan sampah di Kota Bandung ini bisa terurai sedikit demi sedikit. Perubahan mindset di masyarakat sudah mulai terjadi,” ujar dia.

Masa darurat sampah di Kota Bandung masih diberlakukan hingga 26 Desember 2023. Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna sebelumnya menyampaikan progres positif dari upaya pengolahan sampah. Dari sekitar 1.600 ton volume sampah harian di Kota Bandung, kata dia, sekarang ini hanya sekitar 900 ton yang diangkut ke TPA Sarimukti.

Sisanya diolah dengan beragam metode. “Hasil kami itu ada. Saat ini kami membuang sekitar 900 ton sampah ke TPA. Jumlah ini berkurang dari awalnya 1.600 ton,” kata Ema, Senin (11/12/2023). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement