REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jawa Barat (Jabar), Iendra Sofyan, mengungkapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar mulai mengoperasikan empat koridor Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya pada 2024 ini. Empat koridor tersebut, kata Iendra, terdiri atas dua koridor yang diambil alih operasionalnya dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), dan dua lainnya adalah koridor baru.
"Empat koridor (dibiayai) oleh APBD provinsi. Dua koridor mengambil alih yang sudah dijalankan oleh Kementerian Perhubungan yang dua lagi ini jalur baru," kata Iendra saat dikonfirmasi di Bandung, Kamis (18/1/2024).
Untuk dua koridor yang diambil alih dari Kemenhub, kata Iendra, adalah koridor barat dan selatan yakni Alun-alun Bandung-Kota Baru Parahyangan via Padalarang dan Stasiun KCJB Padalarang, kemudian koridor BEC-Baleendah. Pola operasional yang dijalankan oleh Pemprov Jabar, ujar Iendra, adalah meneruskan yang dijalankan oleh Kemenhub yakni buy the service (BTS) atau membayar per kilometer tiap armada yang beroperasi.
Saat dikelola Kemenhub, APBN menyubsidi selisih biaya operasi dan keuntungan kepada operator bus, agar publik bisa mengakses transportasi umum dengan harga lebih terjangkau, dan setelah diambil provinsi pada tahun ini, maka beban pembayaran subsidi ke operator akan beralih menggunakan APBD.
"Yang sekarang berjalan itu sifatnya BTS, Buy The Service, tinggal bayar operator saja. Jadi subsidi untuk menutupi biaya operator agar tiket lebih murah," kata Iendra pula.
Sedangkan dua koridor penambahan lainnya yang akan dikelola oleh pemprov, kata Iendra, adalah reaktivasi koridor Cibiru-Kebon Kalapa, serta membuka koridor Stasiun KCJB Tegalluar-Stasiun Hall yang akan dieksekusi pada triwulan empat tahun 2024. Lebih lanjut, Iendra mengatakan, untuk dua koridor baru BRT Bandung Raya itu akan menggunakan bus listrik, yang akan diuji coba terlebih dahulu dalam tiga bulan pertama tahun 2024.
"Sedang dihitung kebutuhannya. Untuk bus listrik lagi uji coba. Koridor baru tersebut dilakukan percobaan dulu selama tiga bulan ke depan termasuk inisiatif bus llistriknya," kata dia lagi.
Iendra mengatakan, dua koridor baru yang ditambah pada tahun ini juga, akan menggunakan skema BTS dengan melibatkan operator yang nanti dipilih lewat e-Katalog.
"Nanti tergantung per kilometer berapa. Operator nanti tinggal kita tinggal pilih di e-Katalog. Itu all in, jadi dia menyiapkan bus, menyiapkan sopir, tinggal nanti sekian, bayar," ujar Iendra.
Lebih lanjut, Iendra mengatakan dalam operasional empat koridor BRT Bandung Raya, Pemprov Jabar tidak memberikan batasan kilometer yang ditempuh oleh tiap armada, dengan harapan bisa mengurangi kemacetan.
"Kami lebih banyak (kilometernya) lebih senang, nantinya tambah lagi anggaran, artinya mudah-mudahan bisa mengurangi macet, tapi kan selama ini masih bertahap, karena keinginan masyarakat untuk naik bus masih belum optimal," ujarnya.
Namun demikian, ketika ditanya, ia tidak merinci berapa anggaran yang dipersiapkan untuk mengambil alih operasional koridor dari Kemenhub, dan juga penambahan dua koridor BRT Bandung Raya.
"Saya lupa detailnya. Namun yang perlu dicatat BRT Bandung Raya ini menciptakan feeder kereta cepat sudah lengkap per tahun ini," kata dia.
Pemprov Jabar menjadikan BRT sebagai salah satu program prioritas tahun ini pada sektor infrastruktur, selain pembenahan jalan dan kereta ringan (Light Rail Transit/LRT).