Rabu 31 Jan 2024 16:40 WIB

Tahun Pemilu, BI Optimistis Ekonomi Jabar Bisa Tumbuh hingga 5,5 Persen Ini Alasannya

Selain pemilu event besar lainnya juga, diprediksi akan menjadi penggerak ekonomi

Kepala Bank Indonesia Jabar, Erwin Gunawan Hutapea
Foto: Arie Lukihardianti/Republika
Kepala Bank Indonesia Jabar, Erwin Gunawan Hutapea

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--- Tahun politik atau pemilu 2024 membawa optimistis bagi semua pihak. Bahkan, diperkirakan hajatan politik ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat (Jabar) antara 4,9 hingga 5,5 persen, karena akan naiknya permintaan pada sub sektor tertentu. 

Menurut Kepala Bank Indonesia Jabar, Erwin Gunawan Hutapea, selain pemilu event besar lainnya juga, diprediksi akan menjadi penggerak ekonomi, di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya membaik. 

Baca Juga

“Secara historis, kegiatan pemilu akan berdampak terhadap peningkatan kegiatan ekonomi, lewat pembelian barang dan jasa. Memang biasanya lebih tinggi daripada kondisi normal sehingga ini tentu akan mendorong permintaan,” ujar Erwin usai acara Laporan Perekonomian Indonesia 2024 di Bandung, Rabu (31/1/2024). 

Terkait besaran kontribusi ekonomi tersebut, Erwin tak merinci. Namun, dengan penyelenggaraan Pemilu sebanyak dua kali akan sangat memberi efek signifikan. Pertama pemilu nasional pada bulan Februari dan Pilkada Jabar di akhir tahun. 

“Apalagi di Jabar ini terjadinya dua kali, Februari dan November. Pada  November akan berlangsung di 27  Kabupaten dan kota. Sehingga ini tentu akan menjadi tambahan percepatan kegiatan ekonomi,” ujarnya. 

Selain momen Pemilu, kata dia, banyak event lainnya yang juga akan mendorong peningkatan permintaan domestik, yaitu Lebaran, Natal dan Tahun baru. Kemudian event libur sekolah serta cuti bersama lainnya. 

“Mudah-mudahan situasinya tetap terjaga kondusif, karena pesta demokrasi yang nanti itu waktunya berdekatan. Kalau pileg Pilpres itu dekat dengan Ramadhan Idul Fitri sementara nanti pilkadanya itu akan dekat dengan nataru,” kata Erwin. 

Erwin mengatakan, tahun lalu Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang cukup sulit yang berasal dari situasi global, di mana terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi. Belum lagi ketegangan geopolitik bertambah tidak hanya Rusia dan Ukraina tapi juga Israel dan Palestina menyebabkan terjadinya disrupsi global. 

“Harga energi sempat naik di tahun 2003 kemudian El Nino juga memberikan tekanan baru terkait dengan produksi bahan pangan khususnya beras di 2023. Kita tahu bahwa banyak terjadi kegagalan panen. Ini fenomena global yang bukan sebuah fenomena di Indonesia saja,” katanya. 

Namun, kata Erwin, Indonesia patut bersyukur karena dengan kolaborasi dan sinergi antara Bank Indonesia dengan seluruh stakeholders baik, Jabar mencatat sampai dengan kuartal 3 pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional 4,94 persen. Erwin yakin, ekonomi Jabar bisa terus membaik.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement