Selasa 20 Feb 2024 19:39 WIB

Gabah Langka, Penggilingan Padi di Indramayu Terancam Gulung Tikar

Kelangkaan gabah baru kali ini dialami para pemilik penggilingan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Pekerja menjemur gabah di area pengeringan sebuah usaha penggilingan padi
Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Pekerja menjemur gabah di area pengeringan sebuah usaha penggilingan padi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Penggilingan padi di 'sentra pangan nasional’ Kabupaten Indramayu terancam gulung tikar. Hal itu menyusul ketiadaan gabah yang menjadi bahan baku usaha mereka. Salah seorang pemilik penggilingan padi di Desa Bulak, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Abdul Rohman mengatakan, sudah berhenti beroperasi sejak dua pekan terakhir. Padahal, pabrik miliknya biasa beroperasi menggiling gabah sebanyak 20 – 25 ton per hari.

‘’Karena kelangkaan gabah, tidak ada stok sama sekali, maka dua minggu ini kami sudah tidak produksi lagi,’’ ujar Abdul Rohman, Selasa (20/2/2024).

Baca Juga

Abdul Rohman mengatakan, kelangkaan gabah baru kali ini dialaminya. Sebelumnya, gabah tersedia di tingkat petani, baik di Kabupaten Indramayu maupun daerah sentra padi lainnya. ‘’Baru tahun ini gabah benar-benar langka, tidak ada stok di mana pun,’’ kata Abdul Rohman.

Abdul Rohman mengakui, sejumlah petani di Kabupaten Indramayu memang masih ada yang memiliki sedikit stok gabah. Namun, jika pun dijual, harga yang mereka patok di atas Rp 1 juta per kuintal. ‘’Kalau kita giling, tidak ada marginnya, pasti kita rugi,’’ kata Abdul Rohman.

Abdul Rohman menambahkan, biasanya dia belanja gabah ke daerah Demak pada Februari dan Maret. Namun saat ini, Demak masih panen awal dan belum mulai panen raya. Menurutnya, harga yang dipatok oleh petani di Demak saat ini pun masih sangat tinggi. Untuk gabah yang baru dipanen, harganya di kisaran Rp 830 ribu – Rp 840 ribu per kuintal.

‘’Harga itu tidak rasional. Kalau digiling, akan sebabkan kerugian,’’ kata Abdul Rohman.

Untuk itu, sebagai pengusaha beras, Abdul Rohman saat ini memilih untuk melihat perkembangan terlebih dahulu. Jika harga beli gabah nantinya sudah bisa mengimbangi harga jual beras, maka dia akan kembali memulai usahanya. ‘’Kita wait and see,’’ kata Abdul Rohman.

Sementara itu, Sekjen Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Cabang Indramayu, Muhadi, mengatakan, hampir semua pabrik penggilingan padi di Kabupaten Indramayu saat ini berhenti beroperasi.

‘’Hampir semua penggilingan padi tidak ada gabah, tutup pintu. Malah bukan hanya tutup pintu, tapi digembok pintunya karena memang tidak ada aktivitas lagi,’’ kata Muhadi.

Muhadi mengaku belum menghitung total jumlah tempat penggilingan padi di Kabupaten Indramayu yang kini berhenti beroperasi. Namun, dia menyebutkan, ada sekitar 50 – 100 tempat penggilingan padi per kecamatannya. Muhadi mengatakan, tutupnya sebagian besar pabrik penggilingan padi dikarenakan kelangkaan gabah. Jikapun masih ada gabah, maka harganya sangat tinggi dan tidak seimbang dengan harga beras saat ini.

Muhadi pun tidak bisa memastikan sampai kapan kondisi saat ini akan berlangsung. Dia menilai, pemerintah harus mengambil tindakan untuk membantu pengusaha penggilingan menengah kebawah.

‘’Kita tidak bisa mengandalkan panen karena panen tidak merata seperti dulu. Sekarang di tempat A panen, di tempat B belum,’’ kata Muhadi.

Muhadi mengatakan, para pemilik penggilingan padi akhirnya merumahkan para pekerjanya akibat tidak ada aktivitas. Dia menyebutkan, setiap penggilingan padi rata-rata mempekerjakan karyawan sebanyak 15-20 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement