Selasa 27 Feb 2024 11:20 WIB

Harga Sembako Melejit, Pedagang di Bandung Mengeluh Sepi Pembeli

Penjualan para pedagang jadi turun karena kenaikan harga berbagai komoditas

Rep: Magang02/ Red: Arie Lukihardianti
 Para pedagang tengah menjajakan dagangannya di Pasar Kosambi. Jelang puasa Ramadhan, sejumlah bahan pokok di Pasar Tradisional Kosambi, Kota Bandung mengalami kenaikan.
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Para pedagang tengah menjajakan dagangannya di Pasar Kosambi. Jelang puasa Ramadhan, sejumlah bahan pokok di Pasar Tradisional Kosambi, Kota Bandung mengalami kenaikan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Harga bahan-bahan pokok saat ini terus mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Hal ini membuat daya beli masyarakat semakin hari semakin menurun. Kondisi semakin menurunnya omzet dikeluhkan oleh para pedagang di Pasar Dangdeur, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar), Selasa (27/2/2024).

Komiditas yang mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi di antaranya, harga beras sendiri di pasar Dangdeur berada di kisaran Rp15.000 per Kg untuk beras kualitas medium, sedangkan untuk beras premium berada di kisaran harga mencapai Rp17.000 per Kg. 

Baca Juga

Tak hanya beras, telur juga mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 31.000 per Kg, sebelumnya sebesar Rp 27 ribu. Sedangkan harga cabai rawit merah mencapai Rp 80.000 per Kg. Adapun harga minyak goreng saat ini, khususnya "Minyakita" mencapai harga Rp15.000 per liternya. Sedangkan harga daging ayam yang awalnya berda di harga Rp30.000 perkg, saat ini mencapai 35.000 perkgnya. Begitu juga, harga tomat mengalami kenaikan.

Salah seorang pedagang sayuran, Heni, mengeluh akibat harga-harga naik, pembeli mengurangi belanjaannya. Kalau pun belanja, jumlahnya dikurangi jadi hanya sedikit tak seperti biasanya. "Saat ini banyak PHK pabrik, otomatis banyak pengangguran kan. Jadi berpengaruh juga sama pembelinya. Mereka belanjanya lebih irit," ujar Heni.

Menurutnya, penyebab utama kenaikan harga bahan-bahan pokok saat ini karena kurangnya pasokan barang, baik karena iklim ataupun naiknya biaya produksi. 

Sementara menurut Adang seorang pedagang telur,  para pedagang saat ini banyak yang mengeluh karena kenaikan harga sembako jualannya jadi sepi. Telur sendiri, saat ini harganya sudah Rp 31 ribu perkilogramnya. "Sekarang dapat 50 persen juga udah syukur, kadang-kadang 25 persen dari 100. Parah banget anjlok penjualanya" katanya.

Oleh karena itu, dalam mengatasi lonjakan harga sembako ini para pedagang menyesuaikan pengeluaran dan penghasilan. Apalagi, kalau dagangan sedang sepi pembeli. "Paling belanjanya dikurangin, ya sesuai kebutuhan aja," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement