REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Observatorium Bosscha ikut melakukan pengamatan hilal Ramadhan 1445 Hijriah, Ahad (10/3/2024). Pengamatan dilakukan menggunakan teleskop refraktor berdiameter 106 mm dilengkapi detektor kamera berbasis Complementary Metal-Oxide Semiconductor (CMOS).
"Pengamatan hilal pada tanggal 10 Maret 2024 dimulai dari pagi hingga bulan terbenam di ufuk barat," ujar peneliti Observatorium Bosscha Yatni Yulianti melalui keterangan resmi yang diterima, Jumat (8/3/2024).
Yatni mengatakan, kegiatan pengamatan bulan sabit bertujuan meneliti ambang visibilitas (kenampakan) bulan sebagai fungsi dari elongasi terhadap ketebalan sabit bulan. Kenampakan bulan sabit muda disebut rukyatul hilal. "Sabit bulan yang tampak setelah matahari terbenam pada tanggal tersebut sebagai hilal," katanya.
Menurut Yatni, pengamatan bulan sabit muda menjadi acuan penentu permulaan awal bulan Hijriah. Ia melanjutkan pengamatan teleskop refraktor berdiameter 106 mm dilengkapi detektor kamera. "Citra yang ditangkap teleskop diproses dengan perangkat pengolahan citra untuk meningkatkan kualitas tampilan sabit bulan," kata dia.
Ia mengatakan perangkat lunak tersebut dikembangkan mandiri oleh peneliti Observatorium Bosscha. Yatni menambahkan pengamatan hilal di Observatorium Bosscha merupakan salah satu dari 134 titik pengamatan yang disebar di Indonesia.
Hasil pengamatan hilal akan akan diserahkan ke Kementerian Agama (Kemenag) sebagai acuan penentuan awal Ramadan. Kemenag selanjutnya akan melakukan sidang isbat. "Hasil pengamatan hilal menjadi masukan Kemenag dalam pelaksanaan sidang isbat penentuan awal puasa atau 1 Ramadhan 1445 Hijriah," katanya.