Selasa 13 Aug 2024 15:21 WIB

Belasan Kecamatan di Majalengka Rawan Kekeringan

Daerah rawan kekeringan kategori sedang hingga tinggi tersebar di sejumlah desa

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Kekeringan (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Kekeringan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA--Belasan kecamatan di Kabupaten Majalengka berpotensi mengalami kekeringan pada musim kemarau. Meski demikian, kondisi kemarau pada tahun ini diprakirakan tidak separah tahun lalu.

Plt Kalak BPBD Kabupaten Majalengka, Rachmat Kartono mengatakan, berdasarkan peta bahaya kekeringan yang telah dibuat, terdapat 98 desa dan kelurahan di Kabupaten Majalengka yang berpotensi terjadi kekeringan. ‘’Tersebar di 18 kecamatan,’’ ujar Rachmat, Selasa (13/8/2024).

Baca Juga

Adapun 18 kecamatan itu, yakni Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Dawuan, Majalengka, Sumberjaya, Leuwimunding, Palasah, Jatiwangi, Kadipaten, Argapura, Kasokandel, Maja, Talaga, Bantarujeg, Cikijing, Cingambul, dan Malausma.

Sementara itu, Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Majalengka, Rezza Permana menjelaskan, dari kajian risiko bencana, seluruh kecamatan tersebut rawan kekeringan kategori sedang - tinggi.

Ia mengatakan, Desa Mirat di Kecamatan Leuwimunding merupakan salah satu wilayah rawan kekeringan kategori tinggi. Selain itu, Desa Cikaracak, Heubeulisuk, Mekarwangi, Sadasari, dan Sagara di Kecamatan Argapura juga menjadi kawasan rawan kekeringan kategori tinggi.

Sedangkan daerah rawan kekeringan kategori sedang hingga tinggi pada musim kemarau tahun ini tersebar di sejumlah desa di Kecamatan Kertajati. Di antaranya, Desa Babakan, Bantarjati, Kertajati, Kertawinangun, Mekarjaya, Mekarmulya, Pasiripis, Sahbandar, Sukakerta, Sukamulya, dan Sukawana. Sementara desa-desa lainnya, termasuk daerah rawan kekeringan kategori sedang.

Prakirawan BMKG Kertajati, M Syifa'ul Fuad menjelaskan, masa puncak musim kemarau di wilayah Kabupaten Majalengka terjadi pada Juli - Agustus 2024. ‘’Sehingga saat ini merupakan masa puncak musim kemarau,’’ katanya.

Meski demikian, Syifa’ul memprediksi dampak kemarau kali ini tidak separah tahun lalu. Hal itu dipengaruhi fenomena La Nina meski tergolong lemah. ‘’Dampak La Nina diprediksi akan berlangsung hingga Oktober 2024 sehingga akan memberikan dampak saat musim hujan meski fenomenanya lemah,’’ katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement