Senin 19 Aug 2024 11:27 WIB

Atasi Penyakit Kulit Skabies di Pesantren, FK Unisba Beri Pelatihan Pembuatan Sabun Herbal

Skabies masih banyak ditemukan di pesantren disebabkan oleh multifaktorial

Pelatihan Pembuatan Sabun Herbal Berbasis Minyak Kelapa-Ekstrak Buah Tin sebagai Upaya Eliminasi Skabies di Pesantren Sabilunnajat
Foto: Dok Republika
Pelatihan Pembuatan Sabun Herbal Berbasis Minyak Kelapa-Ekstrak Buah Tin sebagai Upaya Eliminasi Skabies di Pesantren Sabilunnajat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Penyakit kulit skabies atau lebih dikenal dengan istilah budug dalam bahasa sunda, masih banyak ditemukan di pesantren. Hal tersebut, disebabkan oleh multifaktorial yang salah satunya adalah masih kurangnya pemahaman dan pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Melihat kondisi ini, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (FK Unisba) menggelar Pelatihan Pembuatan Sabun Herbal Berbasis Minyak Kelapa-Ekstrak Buah Tin sebagai Upaya Eliminasi Skabies di Pesantren Sabilunnajat Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis” yang dilaksanakan di Aula Pesantren Sabilunnajat Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis, Ahad (18/8/2024).

Baca Juga

Pelatihan tersebut, merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Dosen Hibah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek). Kegiatan PKM, diketuai PkM, Dr Yani Triyani dr SpPK Subsp PI(K) Mkes, serta beranggotakan Dr Wida Purbaningsih, dr MKes dan Apt Lanny Mulqie, SSi MSi.

Ketua PkM, Yani Triyani, PkM ini dilatarbelakangi dengan mengingat masalah penyakit kulit skabies masih banyak ditemukan di pesantren disebabkan oleh multifaktorial yang salah satunya adalah masih kurangnya pemahaman dan pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kegiatan tersebut, bekerja sama dengan tim pengurus  Pesantren Sabilunnajat yang beralamat di Jln Rancah-Karangpari No. 110, kampung Sukamaju RT 09 RW 24, desa Cileungsir Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis.

“Selama ini berbagai upaya untuk meningkatkan PHBS sudah dilakukan dengan berbagai penyuluhan dan pendampingan dari pihak puskesmas dan upaya lainnya," katanya.

Yani menjelasakan, berdasarkan latar belakang masalah kesehatan tersebut dan berdasarkan hasil penelitian tim dosen sebelumnya. Serta menemukan daya anti bakteri ekstrak buah tin maka tim memberikan pelatihan membuat sabun herbal. "Selain itu, lokasi pesantren di daerah Ciamis sebagai daerah penghasil kelapa tertinggi di Jabar, tim PkM FK Unisba mencoba menggulirkan inovasi dengan mengadakan pelatihan pembuatan sabun herbal berbasis minyak kelapa-ekstrak buah tin sebagai upaya eliminasi skabies di pesantren,” paparnya.

Yani berharap, para pengajar dan perwakilan santri mempunyai informasi dan keterampilan pembuatan sabun mandi  yang merupakan alternatif untuk memicu santri rajin mandi sebagai aplikasi PHBS. Agar terhindar dari penyakit skabies.

Dengan keterampilan mengolah bahan alam lokal menjadi bahan yang berdaya guna menjadi sabun herbal, kata dia, diharapkan dapat memberikan manfaat berkelanjutan untuk para pengajar. Serta, perwakilan santri di pesantren dapat membuat produk sabun herbal. Serta, dapat meningkatkan PHBS menuju eliminasi skabies juga menjadi berdaya mandiri dalam pengadaan sabun mandi di pesanten yang ke depannya dapat berdampak peningkatan perekonomian di pesantren.

Metode pendekatan utama pada pelaksanaan kegiatan pendampingan ini, kata Yani, dilakukan sebagai awalan sosialisasi tentang PHBS dan pencegahan skabies sebelum pelatihan pembuatan sabun herbal berbasis minyak kelapa-ekstrak buah tin.

Setelah sosialisasi dan pelatihan, kata dia, dilakukan pendampingan pembuatan sabun sampai para pengajar dan perwakilan santri dinilai mampu mandiri dalam tehnis pelaksanaannya. “Mengingat bahan dasar sabun selain minyak kelapa terdapat bahan kimia NaOH yang memerlukan kehati-hatian dalam pengerjaan pembuatan sabun agar terhindar dari hazard kimia yang membahayakan,” kata Yani.

Sebelum dan sesudah kegiatan dilakukan pre dan post test yang berguna untuk menilai tingkat pengetahuan, pemahaman para pengajar dan perwakilan santri sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan pelatihan tersebut. Kegiatan ini, diikuti secara antusias oleh sebanyak 20 orang (masing-masing 10 orang ikhwan dan ahwat) para pengajar dan perwakilan santri terlebih dahulu, diharapkan setelah dari para pengajar dan perwakilan santri ke depannya dapat dilanjutkan kepada para santri dan santriyah lainnya.

Setelah kegiatan pelatihan, kata dia, para pengajar dan perwakilan santri berharap diadakan pelatihan lanjutan tentang pembuatan sabun lainnya untuk keperluan kebersihan lingkungan seperti halnya sabun pembersih toilet, sabun cuci piring dan lainnya. "Mudah-mudahan kegiatan ini dapat dijadikan sebagai role model dan inovasi dalam upaya peningkatan PHBS di pesantren lainnya," katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement