Kamis 19 Sep 2024 22:21 WIB

Pusat Studi Inovasi Digital Unpad Sebut Industri Masih Kesulitan Terapkan GRC

Banyak perusahaan atau industri masih bergulat pada implementasi teknis

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Pusat Studi Inovasi Digital atau Center for Digital Innovation Studies (Digits) Unpad
Foto: Dok Republika
Pusat Studi Inovasi Digital atau Center for Digital Innovation Studies (Digits) Unpad

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Pusat Studi Inovasi Digital atau Center for Digital Innovation Studies (Digits) Unpad menilai industri masih sulit menerapkan konsep governance, risk dan compliance (GRC) atau tata kelola, risiko dan kepatuhan. Industri-industri yang ada masih bergulat bagaimana implementasi teknis di lapangan.

Hal tersebut terungkap dari riset yang dilakukan bertajuk studi kesenjangan dan kebutuhan strategis implementasi GRC, analisis persepsi dan realita implementasi GRC lintas industri. Riset tersebut dilakukan Digits Unpad bekerja sama dengan Veda Praxis.

Baca Juga

Direktur Digits Unpad Prof Hamzah Ritchi mengatakan, industri mulai menyadari peran penting GRC. Namun, banyak perusahaan atau industri masih bergulat pada implementasi teknis terutama dalam memenuhi regulasi baru yang terus berkembang.

"Kesadaran akan pentingnya GRC meningkat tapi banyak bergulat di implementasi teknis," ucap dia di acara seminar di Jatinangor belum lama ini.

Kondisi tersebut, kata dia, terjadi karena adanya kesenjangan antara persepsi dengan realita di lapangan. Hal itu membuat dapat berdampak pada keberlanjutan operasional dan kepatuhan terhadap standar industri.

Seminar tersebut turut menyoroti peran akademisi dalam mendukung perkembangan GRC. Ketua Program Studi Sarjana Akuntasi FEB Unpad Citra Sukmadilaga mengatakan dunia pendidikan harus responsif dan adaptif terhadap tantangan GRC. Salah satunya dengan menyesuaikan kurikulum dan menyiapkan talenta yang dapat menjawab kebutuhan GRC di masa depan.

"Dunia pendidikan haeus responsif dan adaptif dengan menyesuaikan kurikulum dan talenta terutama tantangan people dan culture," kata dia.

CEO and Partner Veda Praksis Syahraki Syahrir mengatakan riset kolaborasi merupakan bagian komitmen untuk mendukung para pemangku kepentingan mulai dari pelaku industri, pemangku kebijakan. Praktisi dalam mewujudkan governance yang baik, pengelolaan manajemen risiko efektif dan kepatuhan regulasi yang mendesak.

"Kami harap data dan informasi dari hasil riset kolaborasi ini dapat menjadi masukan berharga bagi pelaku industri untuk menerjemahkan awaraness yang sudah kuat menjadi implementasi GRC," kata dia.

Seminar tersebut dihadiri perwakilan pelaku industri, akademisi. Serta pihak-pihak lainnya terkait.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement